RI Perkuat Kemitraan Ekonomi dengan Korea Selatan, Ciptakan Iklim Usaha Kondusif
Wakil Menteri Luar Negeri RI dan Korea Selatan tegaskan komitmen tingkatkan kemitraan ekonomi dan ciptakan iklim usaha kondusif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Arrmanatha Nasir, menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan berkelanjutan, khususnya bagi investor asal Korea Selatan. Pernyataan ini disampaikan saat pertemuan dengan Wamenlu Korea Selatan, Kim Hong Kyun, di Jakarta pada 14 Mei 2025. Pertemuan tersebut membahas peningkatan kemitraan ekonomi di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global yang semakin kompleks.
Pertemuan kedua Wamenlu ini menjadi momentum penting bagi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, terutama di bidang investasi dan perdagangan. Indonesia memandang Korea Selatan sebagai mitra strategis, dan siap mengintensifkan kemitraan bilateral, termasuk mendorong strategic engagement antar kedua kepala negara. Hal ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam membangun hubungan ekonomi yang saling menguntungkan.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kolaborasi dan kemitraan strategis menjadi kunci keberhasilan. Oleh karena itu, pertemuan ini juga membahas peran Indonesia dalam mendukung Keketuaan Korea Selatan di MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) pada tahun 2025. Indonesia berkomitmen untuk menjaga semangat multilaterisme dan memajukan peran MIKTA sebagai kekuatan konstruktif dalam tatanan global.
Penguatan Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
Wamenlu Korea Selatan, Kim Hong Kyun, menegaskan kembali komitmen negaranya untuk memperkuat Kemitraan Strategis Khusus (Special Strategic Partnership) dengan Indonesia. Beliau menyebut Indonesia sebagai mitra penting bagi Korea Selatan dan meyakini bahwa pemerintahan Korea Selatan yang baru akan tetap berkomitmen dalam memperkuat kemitraan ini. Hal ini menunjukkan kesinambungan hubungan baik kedua negara.
Menjelang pemilihan umum presiden Korea Selatan pada 3 Juni 2025, pernyataan Wamenlu Kim memberikan sinyal positif bagi investor dan pelaku bisnis di kedua negara. Komitmen yang kuat ini diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang stabil dan menarik bagi investor asing.
Lebih lanjut, Wamenlu Kim menyampaikan harapan Korea Selatan agar Presiden RI Prabowo Subianto dapat berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Gyeongju pada Oktober 2025. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mendukung Keketuaan Korea Selatan di APEC dan berkolaborasi demi kesepakatan yang berdampak positif pada perekonomian global.
Kerja Sama Pengembangan SDM
Sebagai bagian dari peningkatan kemitraan, Korea Selatan juga menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kerja sama ini akan mencakup program peningkatan kapasitas, program beasiswa, dan pelatihan vokasional. Hal ini akan memperkuat kapasitas SDM Indonesia dan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Program peningkatan kapasitas dan beasiswa akan memberikan kesempatan bagi warga Indonesia untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka. Sementara itu, pelatihan vokasional akan membekali tenaga kerja Indonesia dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja, baik di dalam maupun luar negeri.
Kerja sama pengembangan SDM ini merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat signifikan bagi kedua negara. Dengan SDM yang terampil dan berkualitas, Indonesia akan mampu bersaing di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Kesimpulan
Pertemuan antara Wamenlu RI dan Korea Selatan menghasilkan kesepakatan untuk menindaklanjuti penguatan kerja sama bilateral dan koordinasi dalam berbagai forum multilateral. Komitmen bersama untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan meningkatkan kemitraan ekonomi menunjukkan hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Korea Selatan. Kolaborasi ini diharapkan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kedua negara dan stabilitas ekonomi global.