Rupiah Menguat, Dolar AS Tertekan Sentimen Negatif
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS pada Senin pagi, didorong oleh sentimen negatif yang masih membayangi perekonomian Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada Senin pagi, 17 Maret 2023. Penguatan ini terjadi di tengah sentimen negatif yang masih membayangi perekonomian AS, terutama terkait kebijakan kenaikan tarif dan ekspektasi resesi.
Ariston Tjendra, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa pasar memperkirakan kebijakan kenaikan tarif yang diterapkan sebelumnya berpotensi mendorong resesi ekonomi di AS. Hal ini turut memengaruhi pelemahan dolar AS dan penguatan rupiah.
Survei terbaru menunjukkan penurunan keyakinan konsumen AS terhadap kondisi ekonomi ke depan. Data Michigan Consumer Sentiment yang dirilis pada Jumat (14/3) menunjukkan angka 57,9, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 64,7. Data ini semakin memperkuat sentimen negatif terhadap dolar AS.
Sentimen Negatif dan Pelemahan Dolar AS
Penurunan keyakinan konsumen AS sejalan dengan data inflasi yang dirilis pekan lalu. Inflasi konsumen AS tercatat sebesar 2,8 persen, turun dari angka 3 persen pada bulan sebelumnya. Inflasi yang lebih rendah ini meningkatkan peluang Bank Sentral AS untuk memangkas suku bunga acuan.
Prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed (Federal Reserve) semakin menekan dolar AS. Hal ini memberikan ruang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, untuk menguat.
Ariston memprediksi penguatan rupiah akan berlanjut. Ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke area support di Rp16.200 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.400.
Penguatan Rupiah di Perdagangan Senin Pagi
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi di Jakarta, rupiah menguat sebesar 21 poin atau 0,14 persen. Nilai tukar rupiah berada di level Rp16.329 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp16.350 per dolar AS.
Penguatan ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap rupiah. Sentimen negatif terhadap dolar AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed menjadi faktor utama penguatan tersebut.
Meskipun demikian, para analis tetap mengingatkan akan pentingnya memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk melihat tren nilai tukar rupiah ke depan. Volatilitas pasar tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.
Kesimpulannya, penguatan rupiah hari ini mencerminkan dampak sentimen negatif yang masih membayangi perekonomian AS. Namun, perkembangan selanjutnya tetap perlu dipantau dengan cermat.