Singkawang Percepat Penurunan Stunting Lewat Program Peserta: Target 90 Persen
Pemerintah Kota Singkawang luncurkan program Peserta untuk percepat penurunan stunting, targetkan cakupan pengukuran balita 90 persen pada 2025.
Pemerintah Kota Singkawang, Kalimantan Barat, berkomitmen untuk mempercepat penurunan angka stunting. Hal ini diwujudkan melalui sebuah program inovatif bernama Pengukuran Serentak Balita (Peserta), yang dijadwalkan diluncurkan pada 20 Mei 2025. Program ini merupakan salah satu program prioritas 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Singkawang, bertujuan untuk meningkatkan cakupan pengukuran balita di kota tersebut yang masih jauh di bawah target nasional.
Sekretaris Daerah Kota Singkawang, Sumastro, menekankan pentingnya komitmen penuh dari seluruh pihak terkait dalam program ini. "Saya berharap ini menjadi bagian perenungan semuanya agar tidak main-main dalam mewujudkan capaian ini," ujarnya. Setelah peluncuran, diharapkan semua elemen, termasuk pemerintah, TNI, dan Polri, dapat bekerja sama secara maksimal untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), cakupan pengukuran balita di Kota Singkawang pada tahun 2024 hanya mencapai 46,94 persen, jauh di bawah target nasional sebesar 90 persen. Sumastro menegaskan bahwa keterbatasan akses bukanlah alasan untuk tidak meningkatkan capaian ini. "Berulang-ulang saya sampaikan bahwa tidak sulit untuk menjangkau semua daerah Kota Singkawang. Jadi, tidak ada alasan capaian pengukuran tidak bisa ditingkatkan," tegasnya.
Upaya Percepatan Penurunan Stunting di Singkawang
Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kota Singkawang, Achmad Hardin, menjelaskan bahwa pada tahun 2024, Kota Singkawang berada di peringkat ke-8 dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat untuk cakupan penimbangan balita, angka ini lebih rendah dari rata-rata provinsi yang mencapai 50,2 persen. Meskipun demikian, Kota Singkawang berada di peringkat ke-4 terendah untuk persentase balita stunting.
Dari 171 posyandu yang tersebar di lima kecamatan dan 26 kelurahan, 14.491 balita terdata di aplikasi e-PPGBM. Namun, hingga Maret 2025, cakupan pengukuran baru mencapai 47,64 persen. Hardin mengakui bahwa Dinas Kesehatan dan KB membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan angka tersebut. "Untuk meningkatkannya, Dinas Kesehatan dan KB tidak bisa sendiri. Tentunya perlu dukungan semua pihak. Hasil yang telah kita capai tahun lalu harus dapat kita tingkatkan," jelasnya.
Program Peserta tidak hanya fokus pada pencegahan stunting, tetapi juga deteksi dini masalah gizi pada balita. Penanganan cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi masalah gizi buruk. "Perlu disampaikan juga saat ini kita menduduki peringkat keempat angka gizi buruk di Kalbar. Harapannya dengan capaian pengukuran yang baik kita juga dapat mengintervensi penurunan angka gizi buruk ini," tambah Hardin.
Tantangan dan Solusi
Salah satu tantangan utama adalah meningkatkan cakupan pengukuran balita di Kota Singkawang. Meskipun terdapat 171 posyandu yang aktif, masih banyak balita yang belum tercakup dalam pengukuran. Program Peserta diharapkan dapat mengatasi masalah ini dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dan komprehensif.
Solusi yang ditawarkan mencakup peningkatan koordinasi antar instansi terkait, pelatihan petugas posyandu, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengukuran dan pemantauan gizi balita. Pemanfaatan teknologi informasi, seperti aplikasi e-PPGBM, juga akan dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi data.
Dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, diharapkan program Peserta dapat berkontribusi signifikan dalam menurunkan angka stunting di Kota Singkawang dan mencapai target nasional sebesar 90 persen.
Keberhasilan program ini akan berdampak positif pada kesehatan dan perkembangan anak-anak di Kota Singkawang, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Program ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya percepatan penurunan stunting.