STMKG Buka Peluang Besar bagi Siswa Daerah: Mitigasi Bencana di Era Modern
Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG) membuka kesempatan luas bagi siswa berprestasi dari seluruh Indonesia untuk berkontribusi dalam mitigasi bencana.
Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG) membuka peluang besar bagi siswa-siswi berprestasi dari seluruh daerah di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam kunjungan kerja Komisi V DPR RI ke STMKG di Tangerang, Jumat (9/5).
Dwikorita menekankan pentingnya peran SDM lokal dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan potensi bencana. "Kita sangat terbuka bagi siswa dari daerah untuk bergabung di STMKG. Kami meminta bantuan Komisi V DPR untuk menyampaikan peluang ini kepada daerah," ujarnya. Kebutuhan BMKG akan tenaga ahli di daerah sangat tinggi, terutama dalam riset dan deteksi dini bencana seperti gempa bumi.
Program ini merupakan bagian dari upaya BMKG untuk memperkuat mitigasi bencana di seluruh Indonesia. Dengan merekrut dan mendidik siswa dari berbagai daerah, BMKG berharap dapat menjangkau dan melayani masyarakat secara lebih efektif dan efisien.
Kesempatan Emas bagi Putra-Putri Daerah
STMKG menawarkan pendidikan dan pelatihan yang komprehensif bagi para calon ahli meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Kurikulumnya memadukan teori dan praktik, dilengkapi dengan fasilitas modern seperti alat deteksi gempa bumi dan tsunami. Para dosen yang berpengalaman, sebagian besar bergelar doktor dan master, siap membimbing para siswa.
Kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan mendatangkan ahli dari luar negeri semakin memperkaya kualitas pendidikan di STMKG. Lulusan STMKG diharapkan mampu menjadi tenaga ahli yang unggul dan siap menghadapi tantangan di lapangan.
"Mereka di sini belajar dengan para ahli, bukan hanya teori, tetapi juga praktik. Semua disiapkan untuk menjadi lulusan yang unggul," jelas Dwikorita.
Mitigasi Bencana: Peran Penting SDM Lokal
Anggota Komisi V DPR RI, Ahmad Fauzi, mengapresiasi langkah STMKG ini. Menurutnya, rekrutmen dari daerah sangat penting untuk membantu mitigasi bencana di lingkungan masing-masing. Ia mencontohkan wilayah pesisir Banten yang rawan gempa.
"Saya orang Banten, dan di wilayah pesisir selatan kerap terjadi gempa. Harapannya ada rekrutmen dari wilayah sana yang nantinya bisa membantu mengedukasi masyarakat ketika terjadi bencana," kata Fauzi.
Hal ini menunjukkan bahwa program STMKG tidak hanya mencetak tenaga ahli, tetapi juga berkontribusi langsung pada peningkatan kesiapsiagaan bencana di tingkat lokal. Dengan pemahaman mendalam tentang kondisi geografis dan sosial budaya daerah masing-masing, lulusan STMKG diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat sasaran.
STMKG: Sejarah dan Transformasi
STMKG yang awalnya bernama Akademi Meteorologi pada tahun 1955 di Bandung, telah mengalami transformasi signifikan. Setelah dipindahkan ke Jakarta pada 1958 dan bertransformasi menjadi sekolah tinggi pada 2014, STMKG kini memiliki gedung baru yang modern dan fasilitas lengkap di tahun 2023. Dengan 52 dosen, 17 diantaranya bergelar doktor, STMKG berkomitmen untuk mencetak lulusan terbaik.
Kerja sama dengan pemerintah daerah juga menjadi fokus utama STMKG, tidak hanya dalam riset, tetapi juga dalam melahirkan tenaga ahli yang dibutuhkan daerah. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antar instansi dalam penanganan kebencanaan.
STMKG berkomitmen untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikannya agar dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di masa depan. Dengan membuka kesempatan bagi siswa dari seluruh daerah, STMKG berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan bencana di Indonesia.