Tren Wisatawan Membeli Vila Hijau Antibanjir di Bali Selatan Meningkat
Pengembang lokal di Bali Selatan melihat peningkatan tren pembelian vila hijau antibanjir oleh wisatawan, didorong oleh peningkatan ekonomi dan keinginan akan privasi serta investasi.
Badung, 21 Februari 2024 (ANTARA) - Permintaan vila hijau antibanjir di Bali Selatan meningkat pesat. Hal ini terlihat dari kesuksesan pengembang lokal dalam memasarkan properti jenis ini, terutama di kawasan yang sebelumnya rawan banjir. Peningkatan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk membaiknya perekonomian Bali dan keinginan wisatawan akan privasi dan investasi jangka panjang.
Salah satu pengembang lokal, Direktur Miraland Bali I Wayan Sudarma, mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, sebanyak 23 unit vila di kawasan Pecatu telah terjual habis hanya dalam waktu empat bulan. Keunggulan utama yang menarik minat pembeli adalah lingkungan hijau dan bebas banjir. "Kawasan hijau itu menjadi ciri khas tersendiri," ujar Sudarma, "karena para wisatawan saat ini sudah pintar-pintar, mereka ingin lingkungan yang hijau, banyak ruang halaman, jalannya lebar, drainase baik bebas banjir."
Tren ini menunjukkan pergeseran preferensi wisatawan yang kini tak hanya mencari akomodasi mewah, tetapi juga kenyamanan dan keamanan. Mereka menginginkan hunian yang terbebas dari risiko bencana alam seperti banjir, yang belakangan sering terjadi di beberapa wilayah Bali. Hal ini juga menjadi pertimbangan penting dalam investasi properti jangka panjang.
Vila Hijau: Investasi Menguntungkan dan Ramah Lingkungan
Miraland Bali, sebagai salah satu pengembang yang sukses memasarkan vila hijau antibanjir, menerapkan konsep "eco living" dalam pembangunannya. Kompleks Samani Villa Pecatu, misalnya, memiliki 30 persen kawasan hijau dan desain yang mempertimbangkan sistem drainase yang baik. Hal ini memastikan aliran air lancar dan mencegah terjadinya banjir.
Peningkatan permintaan vila juga didorong oleh membaiknya perekonomian Bali. Baik wisatawan domestik maupun internasional semakin banyak yang memilih vila sebagai akomodasi privat. Keuntungannya, mereka mendapatkan privasi penuh dan tak perlu bersaing dengan tamu lain untuk fasilitas seperti kolam renang atau restoran, seperti yang terjadi di hotel.
"Kalau nginap di hotel juga harus berbagi misalnya kolam renang dan restoran, sedangkan vila semuanya privat hanya mereka dan keluarganya yang bisa menikmati, makanya kebutuhan vila terus meningkat," jelas Sudarma. Memilih vila di kawasan hijau juga memberikan nilai tambah berupa potensi kenaikan harga jual di masa mendatang, menjadikan properti ini sebagai investasi yang menjanjikan.
Strategi Pemasaran dan Target Pasar
Miraland Bali menawarkan vila modern tropis dua lantai dengan tiga kamar tidur dan kolam renang pribadi. Harga jual per unit mencapai Rp2 miliar, dengan opsi sewa tahunan sekitar Rp357 juta. Pembeli didominasi wisatawan domestik dari Jakarta dan Bandung, sementara penyewa berasal dari mancanegara.
Untuk memastikan aksesibilitas bagi lebih banyak calon pembeli, Miraland Bali juga menyediakan opsi Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini menunjukkan komitmen pengembang dalam menyediakan hunian berkualitas di kawasan hijau dan bebas banjir bagi berbagai kalangan.
Pembangunan vila hijau ini juga selaras dengan upaya pemerintah daerah dalam menjaga lingkungan Bali. Dengan menyediakan hunian yang ramah lingkungan, pengembang turut berkontribusi dalam keberlanjutan pariwisata di Pulau Dewata.
Keberhasilan Miraland Bali dalam memasarkan vila hijau antibanjir menunjukkan adanya peluang besar di sektor properti Bali. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya kesadaran wisatawan akan pentingnya lingkungan dan investasi yang berkelanjutan.
Miraland Bali berencana menambah 10 unit vila lagi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Hal ini menandakan optimisme pengembang terhadap prospek pasar vila hijau antibanjir di Bali Selatan.