Tulungagung Siapkan TPST Antisipasi TPA Segawe Overload
Pemkab Tulungagung menyiapkan pembangunan TPST baru untuk mengatasi TPA Segawe yang sudah overload dan diprediksi akan semakin kritis pada tahun 2026.
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Segawe, yang terletak di kaki Gunung Wilis, telah mencapai kapasitas maksimal dan diprediksi akan mengalami kelebihan kapasitas (overload) pada tahun 2026. Hal ini mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung untuk segera menyiapkan solusi jangka panjang berupa pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru.
Kondisi TPA Segawe saat ini memprihatinkan. Dengan produksi sampah mencapai 120 ton per hari, TPA Segawe kewalahan menampung seluruh sampah yang dihasilkan. Meskipun Pemkab Tulungagung telah berupaya memperluas lahan penimbunan dan mengandalkan peran pemulung untuk memilah sampah, upaya tersebut dinilai belum cukup efektif untuk mengatasi masalah yang semakin kompleks ini. "Semua lahan di TPA Segawe sudah dimanfaatkan, tetapi sampah yang masuk tetap tidak tertampung optimal," ungkap Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, Dedy Eka Purnama, Selasa (11/3).
Sistem pengelolaan sampah di TPA Segawe masih sangat sederhana, berfungsi hanya sebagai tempat penimbunan tanpa adanya sistem pengolahan modern. Sampah yang masuk hanya dipilah oleh pemulung, tanpa adanya proses pemusnahan atau daur ulang skala besar. Oleh karena itu, pembangunan TPST menjadi solusi yang krusial untuk mengatasi permasalahan sampah di Tulungagung.
Solusi Jangka Panjang: Pembangunan TPST Modern
Sebagai langkah antisipasi yang lebih terencana, Pemkab Tulungagung telah menyetujui pembangunan TPST yang lebih modern dan efisien. TPST ini direncanakan mampu mengolah hingga 50 ton sampah per hari, sehingga dapat mengurangi beban TPA Segawe secara signifikan. Pembangunan TPST ini merupakan upaya strategis untuk mengelola sampah secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Awalnya, Pemkab Tulungagung berencana membangun TPA kedua di Banyu Urip. Namun, rencana tersebut terkendala Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Oleh karena itu, fokus pembangunan dialihkan ke TPST yang telah mendapatkan respons positif dari Penjabat Bupati Tulungagung. "Awalnya kami berencana membangun TPA kedua di Banyu Urip, tetapi terkendala Amdal. Kini kami fokus pada pembangunan TPST yang sudah mendapat respons positif dari Pj Bupati," jelas Dedy.
Pemkab Tulungagung telah mengidentifikasi lima alternatif lokasi untuk TPST. Namun, lokasi yang dianggap paling ideal berada di sebelah barat Pasar Hewan Terpadu (PHT) karena dinilai jauh dari permukiman warga dan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan aspek kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Kendala Anggaran dan Harapan Ke Depan
Meskipun rencana pembangunan TPST telah mendapat persetujuan, proyek ini masih menghadapi kendala utama, yaitu ketersediaan anggaran. Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp15 miliar. Saat ini, Pemkab Tulungagung tengah berupaya mendapatkan pendanaan dari pemerintah provinsi, pemerintah pusat, atau melalui skema kerja sama dengan investor.
Dedy Eka Purnama berharap agar TPST dapat segera terealisasi sebelum TPA Segawe benar-benar tidak mampu lagi menampung sampah. "Kami terus berusaha agar TPST ini bisa terealisasi sebelum TPA Segawe benar-benar tidak bisa menampung sampah lagi," tegas Dedy. Keberhasilan pembangunan TPST ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih baik dan berkelanjutan di Kabupaten Tulungagung.
Pembangunan TPST ini diharapkan tidak hanya mampu mengurangi beban TPA Segawe, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat Tulungagung. Dengan sistem pengolahan yang modern, diharapkan TPST dapat mengolah sampah secara efektif dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.