UIN Ar-Raniry Banda Aceh Tanam Seribu Pohon, Lestarikan Alam dan Wujudkan Nilai Ekoteologi
UIN Ar-Raniry Banda Aceh luncurkan program penanaman seribu pohon dalam rangka Hari Bumi 2025, menggabungkan aksi lingkungan dengan nilai-nilai ekoteologi.
UIN Ar-Raniry Banda Aceh, melalui Pusat Studi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Center) di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), telah meluncurkan program penanaman seribu pohon pada Senin, 21 April 2025. Kegiatan ini bertepatan dengan peringatan Hari Bumi dan merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 224 Tahun 2025 tentang Program Prioritas Menteri Agama RI Tahun 2025-2029. Peluncuran program ini juga dibarengi dengan Workshop Ekoteologi, yang menekankan pentingnya hubungan spiritual antara manusia dan alam.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Khairuddin, menjelaskan bahwa program ini dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. "Kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen UIN Ar-Raniry terhadap pelestarian lingkungan," ujarnya. Beliau juga menambahkan bahwa merusak lingkungan sama dengan bentuk ketidaktaatan terhadap ajaran agama, sebuah pesan yang diangkat dalam konteks Ekoteologi.
Program penanaman seribu pohon ini bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, tetapi merupakan bagian dari gerakan ekologis yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Hal ini ditegaskan oleh Ketua LP2M UIN Ar-Raniry, Dr. Jasafat, M.A., yang menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan program nasional yang digagas langsung oleh Menteri Agama RI, dan UIN Ar-Raniry terpilih sebagai salah satu kampus pelaksana.
Gerakan Ekoteologi: Menjaga Alam sebagai Amanah Ilahi
Workshop Ekoteologi yang diselenggarakan beriringan dengan peluncuran program ini menekankan pentingnya pendekatan keagamaan dalam menjaga kelestarian alam. Para peserta workshop diajak untuk memahami bahwa alam semesta merupakan ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Konsep ini menjadi landasan utama dari program penanaman seribu pohon yang dijalankan oleh UIN Ar-Raniry.
"Ekoteologi mengajarkan bahwa alam adalah ciptaan Tuhan. Karena itu, merusak lingkungan sama dengan bentuk ketidaktaatan terhadap ajaran agama," tegas Prof. Dr. Khairuddin. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab manusia secara umum, tetapi juga merupakan kewajiban keagamaan.
Melalui program ini, UIN Ar-Raniry berharap dapat menginspirasi kampus lain dan masyarakat luas untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan menanam pohon, kita berkontribusi dalam penghijauan, pengurangan polusi, dan menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang.
Penanaman Pohon Matoa sebagai Simbolis
Penanaman pohon matoa secara simbolis dilakukan di halaman gedung LP2M UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Acara ini dihadiri oleh para pimpinan UIN, mahasiswa, dan perwakilan mitra. Pemilihan pohon matoa sebagai simbol memiliki makna tersendiri, mengingat pohon ini merupakan salah satu jenis pohon endemik Indonesia yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis yang tinggi.
Kegiatan penanaman pohon ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan menanam satu pohon saja, kita sudah memberikan kontribusi yang besar bagi kelestarian alam dan masa depan bumi.
Dr. Jasafat menambahkan, "Ini bukan sekadar kegiatan simbolis, tapi bagian dari gerakan ekologis berbasis nilai keagamaan. Ekoteologi menempatkan hubungan manusia dan lingkungan sebagai bagian dari ketaatan kepada Tuhan." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya integrasi nilai-nilai agama dalam upaya pelestarian lingkungan.
UIN Ar-Raniry Banda Aceh berkomitmen untuk terus menjalankan program-program yang berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan dan menerapkan nilai-nilai ekoteologi dalam kehidupan kampus.
Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.