Wamendikbudristek Dorong Kampus Kembangkan LPK untuk Tekan Pengangguran
Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mendorong pengembangan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) di kampus untuk mengurangi pengangguran dan mencetak SDM unggul yang siap bersaing di pasar kerja global.
Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Wamendikbudristek), Fauzan, meluncurkan inisiatif strategis untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Inisiatif ini berfokus pada pengembangan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mencetak tenaga kerja profesional yang siap bersaing di pasar kerja domestik maupun internasional. Inisiatif ini diumumkan pada Jumat, 7 Maret 2024 di Jakarta.
Menurut Wamendikbudristek, pengembangan LPK di perguruan tinggi merupakan solusi sinergis antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengurangi angka pengangguran. "Pemerintah memiliki tekad bulat untuk menyelesaikan masalah pengangguran di Indonesia. Kita bisa memulainya dengan sinergi LPK bersama perguruan tinggi," ujar Fauzan. Ia menekankan pentingnya mencetak tenaga kerja yang adaptif dan mampu menghadapi dinamika pasar kerja yang terus berubah.
Program ini tidak hanya ditujukan bagi mahasiswa, tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum, termasuk lulusan SMA dan SMK. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka sesuai dengan kebutuhan industri. "LPK berperan sebagai lembaga nonformal di perguruan tinggi. Jadi, tamatan SMA dan SMK juga mendapatkan slot untuk masuk dan belajar di LPK. Kita dorong kompetensi tamatan SMA dan SMK sesuai dengan permintaan pasar kerja dan industri," jelas Wamendikbudristek.
Penguatan LPK dan Kolaborasi Antar Kementerian
Fauzan menekankan pentingnya komunikasi efektif antara perguruan tinggi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk merealisasikan program pengembangan LPK ini. Ia optimistis bahwa penguatan LPK dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang mampu bersaing di pasar kerja global. "SDM unggul tidak cuma dibutuhkan pasar tenaga kerja saat ini, tapi juga akan terdorong untuk menciptakan lapangan kerja atau job creation. Kita berharap jumlah SDM unggul di Indonesia semakin banyak, sehingga pasar dunia kerja dan industri semakin kompetitif dengan kompetensi," tambahnya.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer, menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan kesiapannya untuk berkolaborasi. "Saya sangat sepakat dengan inisiasi ini, kerja sama antara Kemnaker dan Kemendikbudristek harus diperluas dan diperkuat," ucapnya. Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemnaker, Anwar Sanusi, yang menekankan pentingnya penguatan kerja sama melalui LSP.
Anwar Sanusi menambahkan bahwa dengan adanya LSP, lulusan perguruan tinggi tidak hanya mendapatkan ijazah, tetapi juga sertifikat kompetensi yang diakui secara profesional. "Selain pusat pengembangan karir, kita juga dorong LPK serta LSP di setiap kampus. Dengan LSP, mahasiswa yang lulus bisa mendapat dua dokumen, ijazah dan sertifikat kompetensi," ujar Anwar Sanusi. Kerja sama yang kuat antara Kemendikbudristek dan Kemnaker diharapkan dapat menciptakan sistem pendidikan vokasi yang lebih efektif dan efisien.
Program pengembangan LPK di perguruan tinggi ini diharapkan mampu menjawab tantangan pengangguran di Indonesia dan menciptakan SDM unggul yang siap menghadapi persaingan global. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan perguruan tinggi, program ini berpotensi besar untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Inisiatif ini juga menekankan pentingnya link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja, memastikan lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Dengan demikian, lulusan tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu berkontribusi pada kemajuan ekonomi nasional.