Warga Jaton Gorontalo Ramaikan Lebaran Ketupat dengan Nasi Bulu
Masyarakat keturunan Jawa Tondano di Gorontalo merayakan Lebaran Ketupat dengan memasak nasi bulu, kuliner khas yang membutuhkan proses panjang dan menjadi tradisi turun-temurun.
Warga keturunan Jawa Tondano (Jaton) di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, menyambut Lebaran Ketupat dengan meriah. Perayaan tahunan ini ditandai dengan tradisi memasak nasi bulu, atau yang juga dikenal sebagai lemang, sebuah kuliner khas yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan mereka. Tradisi ini dilakukan pada Minggu (6/4), sebagai persiapan untuk perayaan puncak pada Senin (7/4).
Salah satu warga Desa Yosonegoro, Rizaldi Lihinta, mengungkapkan bahwa nasi bulu merupakan hidangan wajib yang disajikan kepada keluarga dan tamu saat Lebaran Ketupat. "Sudah dari zaman dulu ya, nasi bulu menjadi salah satu makanan yang disajikan bersama ketupat dan dodol," tuturnya, menerangkan tradisi turun-temurun yang masih lestari hingga kini.
Proses pembuatan nasi bulu sendiri terbilang rumit dan membutuhkan waktu serta ketelitian. Tidak hanya sekedar memasak nasi ketan, proses ini melibatkan tahapan yang cukup panjang, mulai dari perendaman beras hingga proses pembakaran yang memakan waktu berjam-jam.
Tradisi Nasi Bulu: Proses Pembuatan yang Teliti
Rizaldi menjelaskan secara detail proses pembuatan nasi bulu. "Untuk proses pembuatan nasi bulu mulai dari merendam beras selama setengah hari, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang. Santan yang dicampur dengan bumbu halus, seperti bawang putih, bawang merah, jahe, dan garam, ditambahkan ke dalam bambu bersama beras. Proses pembakaran dilakukan selama 1,5 hingga 2 jam hingga nasi matang sempurna," jelasnya. Ketelitian dalam setiap tahap sangat penting untuk memastikan nasi ketan matang sempurna dan menghasilkan nasi bulu yang lezat.
Tahun ini, Rizaldi dan keluarganya mempersiapkan 500 batang bambu untuk diisi nasi bulu, menunjukkan betapa besarnya antusiasme masyarakat dalam merayakan Lebaran Ketupat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi warga Jaton.
Warga lainnya, Oni Zamroni, menambahkan bahwa ia dan keluarganya menyiapkan sekitar 150 kilogram beras untuk membuat nasi bulu. "Sebagian nasi bulu kami jual dan sebagian lagi untuk menjamu tamu keluarga," ujarnya, menjelaskan bahwa nasi bulu juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi sebagian warga.
Lebaran Ketupat: Lebih dari Sekedar Perayaan
Lebaran Ketupat di Gorontalo bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul dan mempererat tali silaturahmi. Tradisi memasak dan menyantap nasi bulu bersama keluarga dan kerabat menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Seperti yang diungkapkan Oni, "Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk membuat nasi bulu, tetapi hidangan ini sudah menjadi identitas Lebaran Ketupat di Gorontalo." Nasi bulu telah menjadi simbol identitas budaya dan kekeluargaan bagi masyarakat Jaton.
Selain nasi bulu, perayaan Lebaran Ketupat juga diwarnai dengan hidangan khas lainnya, seperti dodol atau jenang khas Jaton, serta ketupat. Ketiga hidangan ini menjadi kombinasi yang sempurna dalam merayakan hari raya tersebut, menyajikan cita rasa dan tradisi yang lekat dengan budaya Jaton.
Perayaan Lebaran Ketupat dengan tradisi memasak nasi bulu ini menunjukkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Jaton di Gorontalo. Tradisi ini tidak hanya sekadar mempertahankan warisan kuliner, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di tengah masyarakat.