AI dan Batasannya: Pengamat Tekankan Pentingnya Pelabelan Hasil Ciptaan AI
Pengamat komunikasi digital UI soroti pentingnya pelabelan hasil karya AI untuk mencegah manipulasi dan kesalahan informasi, seiring rencana pemerintah atur pemanfaatan AI.
Jakarta, 28 April 2024 - Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) telah menimbulkan pertanyaan penting terkait batasan antara hasil karya manusia dan AI. Firman Kurniawan, pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia, menekankan perlunya pelabelan yang jelas untuk membedakan keduanya, terutama dalam konteks pendidikan dan dunia profesional. Kemampuan AI yang semakin canggih membuat hasil karyanya nyaris tak terbedakan dari karya manusia.
Firman menjelaskan pentingnya transparansi dalam penggunaan AI. "Kalau menyangkut regulasi, hasil yang diberikan oleh artificial intelligence sekarang hampir tidak bisa dibedakan oleh indera manusia. Nah, itu perlu dinyatakan bahwa ini adalah generated by AI, sehingga tidak memanipulasi atau menjebak para pengguna informasinya," tegasnya dalam wawancara dengan ANTARA.
Lebih lanjut, ia menyoroti potensi bias data dan kesalahan informasi yang dihasilkan oleh AI. Hal ini menekankan pentingnya peran manusia dalam memeriksa dan mengevaluasi hasil karya AI. Ketergantungan semata pada AI tanpa pengawasan manusia dapat berisiko menghasilkan informasi yang tidak akurat dan menyesatkan.
Regulasi Pemanfaatan AI: Sebuah Keharusan
Kekhawatiran akan potensi manipulasi dan penyebaran informasi yang salah oleh AI bukan tanpa alasan. Kemampuan AI dalam menghasilkan teks, gambar, dan bahkan video yang sangat realistis membutuhkan regulasi yang ketat. Firman menekankan pentingnya memastikan AI mengumpulkan dan mempelajari data secara etis dan berkualitas untuk menghindari kesalahan informasi. "Itu harus diatur, jadi tidak tercampur dengan tadi data yang salah atau data yang meragukan," tambahnya.
Pemerintah Indonesia, melalui Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, telah menyatakan komitmen untuk menyiapkan pengaturan yang lebih solid terkait pemanfaatan AI. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan kerangka hukum yang memastikan pemanfaatan AI yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Nezar menjelaskan rencana pemerintah untuk mengembangkan prinsip-prinsip pengembangan dan penggunaan AI yang akan diadopsi oleh berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan layanan keuangan. "Rencananya kita akan mulai nanti pertengahan Januari dengan serial workshop dan diskusi," ujarnya.
Etika dan Kualitas Data: Pilar Penting Pemanfaatan AI
Selain regulasi, aspek etika dan kualitas data menjadi kunci dalam pemanfaatan AI. Penggunaan data yang tidak etis atau berkualitas rendah dapat menghasilkan output AI yang bias dan tidak akurat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa data yang digunakan oleh AI berasal dari sumber yang terpercaya dan telah melalui proses verifikasi yang ketat.
Pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan AI juga tidak dapat diabaikan. Masyarakat perlu memiliki akses informasi yang jelas tentang bagaimana AI digunakan dan bagaimana data mereka dilindungi. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan dan memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan bersama.
Kesimpulannya, perkembangan AI yang pesat menuntut adanya regulasi dan etika yang kuat. Pelabelan yang jelas, penggunaan data yang berkualitas, dan peran manusia dalam pengawasan dan evaluasi menjadi kunci dalam memastikan pemanfaatan AI yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.