Autoimun Bukan Penyakit Menular, Dokter Ungkap Penyebab dan Pencegahannya
Sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel tubuh sendiri, penyakit autoimun bukan menular, melainkan dipengaruhi genetik dan faktor lingkungan.
Jakarta, 11 Maret (ANTARA) - Sebuah kabar penting disampaikan oleh Dr. dr. Alvina Widyaningsih, dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Dalam sebuah webinar, beliau menjelaskan bahwa penyakit autoimun bukanlah penyakit menular. Penjelasan ini memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang penyakit yang semakin sering didiagnosis ini. Penjelasan terperinci mengenai penyebab dan pencegahannya pun disampaikan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"(Penyakit autoimun) bukan penyakit menular. Penyakit ini adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik," ujar Alvina. Pernyataan ini langsung membantah kesalahpahaman umum mengenai penularan penyakit autoimun. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus, justru menyerang sel-sel tubuh sendiri pada penderita autoimun.
Lebih lanjut, Alvina menjelaskan bagaimana sistem kekebalan tubuh yang sehat mampu membedakan sel tubuh sendiri dari bakteri dan virus. Namun, pada penderita autoimun, sistem imun ini mengalami kegagalan sehingga menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti organ pernapasan, organ darah, dan lainnya. Kerusakan ini terjadi karena serangan sistem imun terhadap sel-sel tubuh itu sendiri.
Mengenal Lebih Dekat Penyakit Autoimun
Penjelasan dr. Alvina memberikan gambaran yang lebih jelas tentang mekanisme penyakit autoimun. Sistem imun yang seharusnya melawan bakteri dan virus, pada penyakit autoimun justru menyerang sel-sel tubuh sendiri. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ, seperti sel darah, sel saraf, ginjal, dan kulit. Kondisi ini tentunya menimbulkan dampak yang signifikan bagi kesehatan penderitanya.
Faktor genetik atau keturunan memainkan peran penting dalam peningkatan risiko penyakit autoimun. Namun, dr. Alvina menekankan bahwa faktor genetik tidak berdiri sendiri. Manifestasi gen penyebab autoimun membutuhkan faktor pemicu dari lingkungan. Interaksi antara faktor genetik dan lingkungan inilah yang memicu munculnya gangguan imun.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu penyakit autoimun pada individu dengan riwayat genetik meliputi faktor hormonal, paparan sinar ultraviolet, infeksi virus dan bakteri (termasuk virus COVID-19), serta paparan zat kimia dalam makanan dan lingkungan. Hal ini menunjukkan kompleksitas penyebab penyakit autoimun dan pentingnya memperhatikan gaya hidup sehat.
Pencegahan dan Pola Hidup Sehat
Bagi masyarakat yang memiliki riwayat keluarga atau genetik autoimun, dr. Alvina merekomendasikan konsumsi makanan sehat dan menghindari makanan dengan kandungan kimia, zat aditif, dan makanan olahan (ultra-processed food). Penerapan pola hidup sehat juga sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit autoimun.
"Tapi selain itu misalnya dia punya bakat autoimun kemudian ada konsumsi banyak zat kimia di makanan dan terpapar kimia di lingkungan itu kan juga akan mengganggu fungsi kekebalan tubuh jadi walau tak secara langsung ada reaksi autoimun pada zat kimia tersebut tapi juga itu meningkatkan risiko autoimun," pungkas dr. Alvina. Pernyataan ini menekankan pentingnya menghindari paparan zat kimia berlebih dan menjaga pola makan sehat untuk menjaga kesehatan sistem imun.
Kesimpulannya, penyakit autoimun merupakan kondisi kompleks yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Dengan memahami penyebab dan faktor risiko, kita dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat, seperti mengonsumsi makanan sehat, menghindari paparan zat kimia berlebih, dan menerapkan pola hidup sehat secara keseluruhan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh.