Sejarawan Usul Langkah Sistematis Jaga Tradisi Lisan Indonesia
Sejarawan Allan Akbar mengusulkan langkah sistematis untuk melestarikan tradisi lisan Indonesia, meliputi pendokumentasian, pelestarian aktif, inovasi adaptif, dan dukungan pemerintah.
Sejarawan Allan Akbar menyoroti pentingnya langkah sistematis untuk menjaga kelestarian tradisi lisan Indonesia. Ia menekankan perlunya pendekatan terpadu yang melibatkan pendokumentasian, pelestarian aktif, inovasi, dan dukungan pemerintah. Hal ini disampaikannya dalam wawancara dengan ANTARA pada Rabu, 5 Maret 2024, di Jakarta.
Menurut Allan, pendokumentasian tradisi lisan merupakan langkah krusial. Proses ini meliputi perekaman audio-visual dan transkripsi naskah, seperti yang telah dilakukan dalam digitalisasi naskah La Galigo di Sulawesi Selatan. Langkah ini memastikan agar warisan budaya tersebut terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang. Selain itu, pelestarian aktif melalui festival budaya seperti Festival Dalang Bocah dan workshop antar generasi juga sangat penting.
Tantangan utama dalam pelestarian tradisi lisan adalah keterlibatan generasi muda. Oleh karena itu, Allan menekankan perlunya inovasi adaptif, seperti menggabungkan tradisi lisan dengan seni kontemporer dan memanfaatkan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Ia mencontohkan kolaborasi kidung Bali dengan musik elektronik sebagai bentuk inovasi yang menarik bagi anak muda.
Pendokumentasian dan Pelestarian Aktif Tradisi Lisan
Allan Akbar menekankan pentingnya pendokumentasian tradisi lisan secara menyeluruh. Hal ini mencakup perekaman audio visual, transkripsi, dan digitalisasi naskah-naskah kuno. Contoh suksesnya adalah digitalisasi naskah La Galigo di Sulawesi Selatan yang melibatkan kolaborasi akademisi dan komunitas lokal. Proses ini tidak hanya sekadar menyimpan, tetapi juga membuat tradisi lisan lebih mudah diakses.
Selain pendokumentasian, pelestarian aktif juga sangat penting. Allan menyarankan penyelenggaraan festival budaya dan workshop yang mempertemukan generasi tua dan muda. Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian secara langsung, sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap tradisi lisan.
Inovasi dalam penyampaian tradisi lisan juga menjadi kunci. Allan menyarankan adaptasi dengan media digital, seperti memanfaatkan platform media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk menampilkan konten tradisi lisan dalam format yang kreatif dan menarik bagi generasi muda.
Strategi Melibatkan Generasi Muda
Untuk melibatkan generasi muda, Allan menyarankan beberapa strategi. Pertama, adaptasi digital dengan memanfaatkan platform media sosial untuk menyajikan konten tradisi lisan secara kreatif. Contohnya, menggabungkan kidung Bali dengan musik elektronik untuk menarik minat anak muda. Kedua, pendidikan integratif dengan memasukkan materi tradisi lisan ke dalam kurikulum sekolah melalui metode interaktif, seperti pembuatan podcast atau video pendek.
Ketiga, pelibatan komunitas melalui kompetisi bercerita atau gamifikasi, seperti wayang simulator. Keempat, keterlibatan figur publik sebagai duta budaya. Strategi-strategi ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan kepedulian generasi muda terhadap warisan budaya bangsa.
Allan juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam pelestarian tradisi lisan. Ia merekomendasikan tiga pendekatan: regulasi yang komprehensif, kolaborasi strategis, dan pendidikan berbasis kebudayaan. Regulasi yang dimaksud meliputi optimalisasi UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dengan alokasi dana khusus untuk pelestari tradisi lisan di daerah.
Peran Pemerintah dan Kolaborasi Strategis
Kolaborasi strategis antara pemerintah dan perusahaan teknologi sangat penting untuk mengembangkan platform digital yang mempromosikan konten tradisi lisan. Contohnya, fitur cerita nusantara di aplikasi buatan. Pendidikan berbasis kebudayaan juga harus diperkuat dengan metode praktik langsung, bukan hanya teori. Pengakuan negara melalui insentif dan penghargaan kepada pelaku tradisi lisan juga akan mendorong keberlanjutan.
Allan menyimpulkan bahwa tanpa dukungan struktural yang komprehensif, upaya pelestarian tradisi lisan berisiko terfragmentasi dan tidak efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, komunitas, dan generasi muda untuk memastikan kelestarian warisan budaya tak benda Indonesia.