Lukman Sardi dan Teddy Soeriaatmadja Duet dalam Film "Mungkin Kita Perlu Waktu"
Aktor kawakan Lukman Sardi berkolaborasi dengan sutradara Teddy Soeriaatmadja dalam film "Mungkin Kita Perlu Waktu", sebuah drama keluarga yang menyoroti pentingnya komunikasi dan penyembuhan pasca-trauma.

Film "Mungkin Kita Perlu Waktu", sebuah kolaborasi antara aktor kawakan Lukman Sardi dan sutradara Teddy Soeriaatmadja, siap menyapa penonton Indonesia. Film produksi Kathanika Films dan Karuna Pictures, yang diproduseri oleh Shierly Kosasih dari Adhya Pictures, akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 15 Mei 2025. Film ini berfokus pada sebuah keluarga yang berusaha memulihkan diri setelah trauma mendalam, menekankan pentingnya komunikasi dan keberanian mengungkapkan perasaan sebagai kunci penyembuhan.
Konferensi pers dan pemutaran perdana film ini telah diselenggarakan di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Lukman Sardi, yang juga berperan sebagai ayah bernama Restu Kurniawan dalam film tersebut, menjelaskan bahwa "Mungkin Kita Perlu Waktu" akan mengajak penonton menyelami dinamika pemikiran dalam sebuah keluarga, baik bagi mereka yang sudah menikah, belum menikah, maupun yang berencana membangun rumah tangga. Film ini diharapkan dapat memberikan empati dan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan keluarga.
Salah satu poin penting yang diangkat dalam film ini adalah pentingnya komunikasi terbuka dalam keluarga. Lukman Sardi menekankan bahwa relasi antar anggota keluarga harus saling terhubung, dan keberanian untuk berbicara dan menyatakan perasaan adalah kunci utama dalam proses pemulihan. "Aku menemukan bahwa kesembuhan bisa terjadi kalau kita berani bicara atau menyatakan," ujar Lukman Sardi.
Kisah Keluarga yang Memulihkan Diri
Film "Mungkin Kita Perlu Waktu" mengisahkan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah (Lukman Sardi), ibu (Sha Ine Febriyanti), dan anak (Bima Azriel). Mereka berjuang untuk mengatasi trauma yang telah mereka alami bersama. Proses pemulihan ini digambarkan secara mendalam, menampilkan dinamika emosi dan tantangan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.
Selain keluarga inti, film ini juga menampilkan karakter-karakter pendukung yang berperan penting dalam perjalanan penyembuhan keluarga tersebut. Tissa Biani berperan sebagai Aleiqa, Asri Welas sebagai psikolog bernama Nana, Naura Hakim sebagai Sarah, dan Mian Tiara sebagai guru bernama Wati. Kehadiran para karakter ini menambah kompleksitas dan kedalaman cerita.
Sutradara Teddy Soeriaatmadja berhasil mengolah cerita ini dengan apik, menyoroti pentingnya dukungan dan pemahaman antar anggota keluarga dalam menghadapi masa sulit. Film ini tidak hanya menyajikan drama keluarga, tetapi juga memberikan pesan moral yang kuat tentang pentingnya komunikasi dan penyembuhan emosional.
Apresiasi dan Pengakuan
Sebelum penayangannya di bioskop, "Mungkin Kita Perlu Waktu" telah mendapatkan pengakuan atas kualitasnya. Film ini terpilih sebagai salah satu dari enam film panjang Indonesia terbaik dalam kompetisi Indonesian Screen Awards di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024. Hal ini menunjukkan kualitas produksi dan cerita yang menarik perhatian para juri.
Produser Shierly Kosasih dari Adhya Pictures mengungkapkan ketertarikannya pada ide dan gagasan awal film ini. Ia mengapresiasi kolaborasi solid antara Lukman Sardi dan Teddy Soeriaatmadja, serta visi keduanya yang sejalan dengan Adhya Pictures dalam mendukung sineas berbakat. Dukungan penuh diberikan kepada tim produksi untuk mewujudkan visi mereka.
Kesuksesan film ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh kru dan pemain. Kolaborasi yang solid antara sutradara, aktor, dan produser menghasilkan sebuah karya yang bermakna dan layak untuk dinantikan. "Mungkin Kita Perlu Waktu" bukan hanya sekadar film, tetapi juga sebuah refleksi tentang pentingnya komunikasi dan penyembuhan dalam keluarga.
Dengan mengangkat tema keluarga dan penyembuhan pasca-trauma, "Mungkin Kita Perlu Waktu" diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi penonton. Film ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya komunikasi terbuka dan keberanian untuk mengungkapkan perasaan dalam membangun hubungan keluarga yang lebih sehat dan harmonis.