1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. GADGET

Penghujung Tahun 2020 Harga Bitcoin Melesat

Penulis : Rahmad

2 Desember 2020 23:43

Harga Bitcoin pada 25 November sudah meningkat hingga 250%.

Planet Merdeka - Penghujung tahun 2020 tepatnya pada 25 November lalu, ditutup dengan melesatnya harga bitcoin yang menembus USD 19.319. Artinya, harga tersebut hampir menyentuh titik tertinggi yang pernah dicapai pada 17 Desember 2017 lalu, di mana saat itu 1 Bitcoin bernilai USD 20.089.

Fenomena ini tidak pernah disangka-sangka. Pasalnya, pada bulan Maret 2020, harga Bitcoin sempat drop hingga level rendah dan di luar dugaan berbagai pengamat. Saat itu 1 Bitcoin bernilai USD 3.600. Sebulan kemudian angka tersebut kembali melonjak dua kali lipat hingga mencapai angka USD 7.000 per Bitcoin.

Jika dibandingkan pada bulan April 2020, harga Bitcoin pada 25 November sudah meningkat hingga 250%.

"Bisa dibayangkan tentunya profit yang dipetik investor jika membeli Bitcoin pada April awal tahun ini, maka investasinya kini telah berlipat 2,5 kali hanya dalam tempo setengah tahun saja," ujar Pang Xue Kai, co-founder & CEO Tokocrypto, platform pedagang aset kripto, dalam keterangannya, Rabu (02/12/2020).

Lebih lanjut Kai mengungkap, rally harga Bitcoin ini diyakini sejumlah pihak baik di dalam dan luar negeri akan terus berlanjut ke depannya.

2 dari 4 halaman

Faktor penyebab

Kai menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menjadi bahan bakar melesatnya harga Bitcoin. Di antaranya, peristiwa halving Bitcoin memasuki fase ketiga pada 12 Mei 2020 lalu.

Sebagai informasi, halving atau halvening Bitcoin adalah proses pengurangan pasokan Bitcoin. Hal ini terkait dengan keterbatasan jumlah Bitcoin yang hanya sebanyak 21 juta Bitcoin.

Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin, membuat protokol untuk memangkas imbalan bagi para penambang sebesar 50% setiap 210ribu blok, atau kurang lebih setiap 4 tahun. Halving pertama terjadi pada tahun 2012, yang kedua tahun 2016, dan terakhir pada Mei 2020 lalu.
3 dari 4 halaman

Catatan sejarah kenaikan

Sejarah mencatat, beberapa waktu setelah proses halving, harga Bitcoin selalu meroket. Pada halving pertama di November 2012, harga Bitcoin melejit 9.600persen lebih, dari USD 12 menjadi USD 1.160 per-November 2013, atau setahun setelah halving. Demikian pula saat halving kedua pada Juli 2016, Harga 1 BTC saat itu sekitar USD 600.

Harga Bitcoin kembali meroket setelah halving, bahkan memecahkan rekor sepanjang masa hingga mencapai USD 20.000 pada Desember 2017, atau naik 3 ribu persen lebih.

"Karena itu tak mengherankan, kita melihat sejarah kembali berulang saat ini. Pada saat halving ketiga pada Mei 2020 lalu, harga Bitcoin ada di angka USD 8.500 per BTC. Namun kini, 6 bulan setelah halving, harganya tembus USD 19.000 pada Rabu 25 November kemarin, atau meningkat 220% lebih," jelas Kai.

Melihat kenaikan harga Bitcoin yang 'hanya' di angka ratusan persen usai halving ketiga ini, banyak analis yang memperkirakan harga per-Bitcoin akan terus naik, bahkan hingga menembus USD 318.000 pada akhir 2021, atau naik 3.700%, seperti fenomena kenaikan harga ribuan persen pada peristiwa halving kedua.

Terlepas dari faktor halving, peristiwa lain yang dianggap turut melejitkan harga Bitcoin adalah kondisi yang terjadi di Negeri Paman Sam. Pada Juli lalu, The Office of The Comptroller of the Currency (OCC) alias Kantor Pengawas Mata Uang Amerika Serikat mengizinkan perbankan di AS untuk memegang asset kripto.

Hal ini memicu kenaikan permintaan terhadap berbagai aset kripto, seperti Bitcoin, khususnya di Amerika Serikat.

Angin segar terakhir yang memungkinkan perluasan penggunaan aset kripto secara masif datang dari PayPal, penguasa perantara pembayaran digital lintas negara. Pada 23 Oktober 2020 lalu, PayPal mendeklarasikan bahwa 346juta penggunanya bisa membeli, menjual dan menyimpan aset kripto pada platformnya. Hal ini memicu kenaikan permintaan BTC yang mendorong kenaikan harganya melewati USD 12.950 per BTC pada akhir Oktober 2020 lalu.

Fenomena melejitnya harga Bitcoin juga ternyata diiringi kenaikan harga mata uang kripto lainnya seperti Ethereum (ETH), Ripple (XRP) dan Binance Coin (BNB). Dalam wawancara dengan The Guardian pada 17 November lalu, analis JP Morgan Nikolaos Panigirtzoglou menyebut, kenaikan harga berbagai aset kripto tak lepas dari pengaruh krisis akibat pandemi COVID-19.
4 dari 4 halaman

Meningkatnya kepercayaan publik.

Krisis kali ini, rupanya memicu pergeseran pola investasi jangka panjang para investor. Krisis ini, ditambah dengan pelemahan harga emas selama empat bulan terakhir dari USD 2.072 per-troy ounce di Agustus 2020 lalu, menjadi USD 1.800 per-troy ounce pada November, telah memicu para investor untuk memasukkan asset kripto dalam portofolio investasi jangka panjang mereka.

"Krisis ini," kata Nikolaos Panigirtzoglou kepada The Guardian, "telah memicu peninjauan kembali atas nilai Bitcoin sebagai mata uang alternatif, sekaligus sebagai alternatif investasi dari emas," urainya.

Berbagai faktor di atas tak pelak telah meningkatkan kepercayaan publik terhadap berbagai aset kripto.

"Kepercayaan public terhadap Bitcoin pun mulai pulih setelah market crash pada awal 2018," ujar Kai.

Menurut Kai sekarang adalah saat yang paling tepat untuk mulai berinvestasi dan juga terlibat dalam trading aset kripto.

Kai percaya, saat ini adalah waktu yang paling tepat bagi investor untuk menjadikan aset kripto sebagai lahan investasi baru maupun menambah portfolio yang telah ada.

"Kita tentu tidak mau ketinggalan gerbong lagi untuk kesekian kalinya untuk dapat turut memetik keuntungan dari investasi sekaligus perdagangan asset kripto. Kami di Tokocrypto pun terus melakukan peningkatan keamanan sekaligus berbagai fitur di platform kami agar dapat terus menjadi pusat perdagangan asset kripto terpercaya di Indonesia," tegas Kai.

Kai menambahkan, dalam rangka menyambut pergerakan harga Bitcoin menuju titik harga tertingginya tersebut, Tokocrypto pun mengadakan program Bitcoin Bull Marathon.

"Dalam kegiatan yang diselenggarakan mulai Senin, 30 November 2020 ini, mereka yang melakukan deposit dan trading akan mendapatkan reward yang sangat menarik. Terlebih di Tokocrypto, biaya transaksi sangat rendah hanya 0,1%, dan penarikan rupiah hanya Rp 5.500," tutup Kai.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : rahmad

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya