1.167 Polisi Amankan Aksi Mahasiswa di Semarang: Kritik Kebijakan Pemerintah
Sebanyak 1.167 personel gabungan mengamankan aksi mahasiswa di Semarang yang menyuarakan kritik terhadap kebijakan LPG bersubsidi, efisiensi anggaran, dan dampaknya pada beasiswa pendidikan.

Aksi demonstrasi mahasiswa di Semarang pada Selasa, 18 Februari 2024, dikawal ketat oleh 1.167 personel gabungan dari Polrestabes Semarang dan Polda Jawa Tengah. Para mahasiswa berkumpul di depan kantor DPRD Jawa Tengah di Jalan Pahlawan untuk menyuarakan sejumlah tuntutan terkait kebijakan pemerintah.
Pengamanan Aksi dan Prosedur Operasional
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol. M. Syahduddi, menjelaskan bahwa personel yang diterjunkan terdiri dari satuan Samapta dan Brimob. Ia menekankan pentingnya menjaga situasi tetap kondusif dan meminta seluruh personel untuk mematuhi prosedur operasi standar (SOP). "Personel yang bertugas harus bertindak sesuai SOP, tetap tenang dalam menghadapi provokasi," tegas Kapolrestabes.
Pengamanan aksi tidak hanya melibatkan personel di lapangan. Polisi juga melakukan rekayasa lalu lintas di sekitar Jalan Pahlawan untuk mengantisipasi kepadatan dan gangguan arus lalu lintas akibat demonstrasi. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan dan kelancaran lalu lintas bagi masyarakat umum.
Tuntutan Mahasiswa: Subsidi LPG, Efisiensi Anggaran, dan Beasiswa
Mahasiswa yang tergabung dalam aksi ini berasal dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang. Mereka menyuarakan beberapa isu penting yang menjadi perhatian mereka. Salah satu isu utama adalah kebijakan pemerintah terkait LPG bersubsidi. Mahasiswa mempertanyakan efektivitas dan keadilan distribusi subsidi tersebut.
Selain itu, mahasiswa juga mengkritisi kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Mereka khawatir kebijakan ini akan berdampak negatif pada berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. Kekhawatiran ini muncul karena adanya isu pemotongan anggaran yang berpotensi mengurangi akses beasiswa bagi mahasiswa.
Para demonstran menyampaikan tuntutan agar pemerintah lebih memperhatikan nasib mahasiswa dan rakyat kecil. Mereka berharap pemerintah dapat merevisi kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat luas dan memastikan keadilan dalam distribusi sumber daya.
Reaksi Pemerintah dan Langkah Selanjutnya
Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah menanggapi aksi demonstrasi tersebut. Namun, diharapkan pemerintah akan merespon tuntutan mahasiswa dengan serius dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang diangkat. Ke depan, penting bagi pemerintah untuk membuka ruang dialog yang lebih luas dengan mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya untuk membahas isu-isu krusial ini.
Aksi demonstrasi ini menunjukkan pentingnya peran mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi dan mengawasi jalannya pemerintahan. Kebebasan berekspresi dan berdemonstrasi merupakan hak konstitusional warga negara, dan diharapkan aksi ini dapat mendorong pemerintah untuk lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.
Keberadaan 1.167 personel keamanan menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung. Namun, penting juga bagi aparat keamanan untuk tetap bersikap profesional dan menghormati hak-hak demonstran dalam menyampaikan pendapatnya.
Kesimpulan
Aksi demonstrasi mahasiswa di Semarang menjadi sorotan publik. Kehadiran 1.167 personel keamanan menandakan skala besarnya aksi tersebut. Tuntutan mahasiswa terkait subsidi LPG, efisiensi anggaran, dan beasiswa pendidikan menjadi fokus utama demonstrasi. Ke depan, diharapkan akan ada dialog konstruktif antara pemerintah dan mahasiswa untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi.