80 Persen Bahan Pokok Program MBG Simeulue Didatangkan dari Sumatra
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Simeulue, Aceh, mengandalkan pasokan bahan pokok dari daratan Sumatra karena keterbatasan produksi lokal, mendorong upaya peningkatan pertanian lokal.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Simeulue, Aceh, menghadapi tantangan pasokan bahan pokok. Sebanyak 80 persen bahan makanan untuk program ini dipasok dari daratan Pulau Sumatra, sementara hanya 20 persen yang berasal dari Simeulue sendiri. Hal ini disampaikan langsung oleh Zainuddin, penanggung jawab program MBG Kabupaten Simeulue, pada Kamis lalu di Simeulue. Program MBG saat ini menjangkau 3.000 pelajar di tiga kecamatan, dengan rencana perluasan ke seluruh 10 kecamatan di Simeulue.
Zainuddin menjelaskan bahwa kebutuhan bahan pokok MBG sangat tinggi. "Bahan pokok program MBG ini di antaranya pisang, kacang panjang, semangka, pepaya, ayam, dan beberapa bahan lainnya. Semuanya tersebut dibutuhkan dalam jumlah banyak setiap harinya," ujarnya. Keterbatasan produksi lokal di Simeulue memaksa pengadaan bahan pokok dari luar daerah, menunjukkan tantangan dalam memenuhi kebutuhan gizi pelajar di wilayah kepulauan ini.
Letak geografis Simeulue yang merupakan wilayah kepulauan terluar di Provinsi Aceh, sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Sumatra, menjadi faktor utama kendala pasokan. Ketergantungan pada pasokan dari daratan menimbulkan kerentanan terhadap fluktuasi harga dan ketersediaan bahan pokok. Oleh karena itu, peningkatan produksi lokal menjadi solusi yang krusial untuk keberlanjutan program MBG di Simeulue.
Solusi Peningkatan Produksi Lokal
Menyadari keterbatasan pasokan bahan pokok dari Simeulue sendiri, Zainuddin yang juga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Simeulue, mengajak masyarakat untuk berperan aktif. Ia mendorong pengembangan pertanian lokal, khususnya buah-buahan dan sayuran. "Kami mengajak masyarakat Simeulue bertani guna memenuhi kebutuhan kegiatan MBG di Kabupaten Simeulue," ajaknya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah dan memastikan keberlanjutan program MBG.
Peningkatan produksi lokal tidak hanya akan mendukung program MBG, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian masyarakat Simeulue. Dengan meningkatkan jumlah petani dan hasil panen, pendapatan masyarakat dapat meningkat dan ketahanan pangan daerah dapat terwujud. Upaya ini memerlukan dukungan pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan, penyediaan bibit unggul, dan akses pasar yang lebih luas bagi para petani.
Pemerintah Kabupaten Simeulue perlu mengambil peran aktif dalam memfasilitasi pengembangan pertanian lokal. Hal ini bisa dilakukan melalui program pelatihan pertanian modern, penyediaan akses kredit bagi petani, dan pembangunan infrastruktur pendukung seperti irigasi dan jalan. Dengan dukungan yang komprehensif, diharapkan produksi lokal dapat meningkat secara signifikan dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Potensi Pertanian Simeulue
Kabupaten Simeulue, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, memiliki 10 kecamatan dan 138 gampong atau desa dengan populasi sekitar 94 ribu jiwa. Meskipun letak geografisnya yang terpencil, Simeulue memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Kondisi tanah dan iklim yang mendukung memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman, termasuk buah-buahan dan sayuran yang dibutuhkan untuk program MBG.
Dengan memanfaatkan potensi pertanian lokal, Kabupaten Simeulue dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah dan meningkatkan ketahanan pangan. Hal ini juga akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat dan keberlanjutan program MBG. Dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Program MBG di Simeulue diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia, khususnya daerah kepulauan yang memiliki keterbatasan akses terhadap bahan pokok. Dengan mengoptimalkan potensi lokal dan dukungan pemerintah, program MBG dapat berjalan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang optimal bagi para pelajar.
Ke depan, perlu adanya evaluasi dan monitoring yang ketat terhadap program MBG di Simeulue. Hal ini penting untuk memastikan bahwa program tersebut berjalan efektif dan efisien, serta dapat mencapai tujuan utamanya yaitu meningkatkan gizi para pelajar. Selain itu, perlu juga adanya inovasi dan strategi baru untuk meningkatkan produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.