Aktivis Berikan Masukan untuk PAM Jaya: Dorong Layanan Air Bersih 100 Persen di 2030
Diskusi kelompok terarah membahas tantangan pengelolaan air minum Jakarta, aktivis dan PAM Jaya sepakat dorong akses air bersih 100 persen pada 2030.

Sejumlah aktivis lingkungan dan kesehatan memberikan masukan kepada Perumda PAM Jaya terkait pengelolaan air minum di Jakarta. Diskusi ini dilakukan dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Tantangan Pengelolaan Air Minum Jakarta: Masalah dan Solusinya', yang digelar pada Selasa, 18 Maret 2024, dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia. FGD tersebut membahas berbagai isu krusial, termasuk akses air bersih di daerah pinggiran dan dampak penggunaan air tanah terhadap kesehatan masyarakat.
Direktur Eksekutif Komunitas Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI), Adjie Rimbawan, menekankan pentingnya ketersediaan air bersih dan sanitasi bagi kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas masyarakat. Ia menyoroti kurangnya infrastruktur air bersih di daerah pinggiran yang berdampak pada kesehatan, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. "Melalui FGD ini kita ingin mengevaluasi masalah-masalah ini dan mencari solusi yang tepat sebagai masukan dan kritik membangun untuk PAM Jaya," ujar Adjie.
Senada dengan Adjie, Ketua Umum Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, Agung Nugroho, mendukung target PAM Jaya untuk mencapai cakupan air minum 100 persen pada tahun 2030. Agung juga menyoroti bahaya penggunaan air tanah di permukiman padat penduduk yang rentan terhadap pencemaran dan berdampak pada kesehatan, termasuk stunting. Ia mengingatkan, "Penggunaan air tanah di Jakarta dengan lingkungan permukiman padat penduduk sangat rentan pada pencemaran yang bisa berdampak pada kesehatan."
Masukan Aktivis dan Respon PAM Jaya
Para aktivis memberikan berbagai masukan konstruktif kepada PAM Jaya. Mereka menekankan pentingnya peningkatan infrastruktur air bersih di wilayah pinggiran Jakarta dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan air bersih dari jaringan perpipaan. Kekhawatiran akan pencemaran air tanah akibat tangki septik yang berdekatan dengan sumber air juga menjadi sorotan utama.
Direktur Perumda PAM Jaya, Arief Nasrudin, mengapresiasi FGD tersebut dan menyatakan kesiapan PAM Jaya untuk menerima masukan dan kritik. "Hari ini saya diundang oleh teman-teman NGO dan aktivis. Saya kira forum ini juga menjadi penting bagi kami untuk menyampaikan progres target cakupan layanan 100 persen di tahun 2030 serta menerima masukan konstruktif," kata Arief. Ia juga menekankan pentingnya peran NGO dalam mensosialisasikan pentingnya penggunaan air bersih melalui jaringan perpipaan.
Arief menjelaskan bahwa PAM Jaya telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target 100 persen cakupan layanan pada 2030, namun masih membutuhkan dukungan dan masukan dari berbagai pihak, termasuk NGO. Ia juga mengakui bahwa penggunaan air tanah saat ini menimbulkan masalah land subsidence dan masalah kesehatan karena sumber air yang seringkali berdekatan dengan tangki septik.
Selain Arief, diskusi tersebut juga menghadirkan narasumber dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Indonesia Water Institute, dan pemerhati Jakarta. Diskusi dihadiri oleh perwakilan berbagai LSM di Jakarta, menunjukkan komitmen bersama untuk meningkatkan akses air bersih bagi warga Jakarta.
Pentingnya Kolaborasi untuk Akses Air Bersih
FGD ini menjadi bukti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat dalam mengatasi tantangan pengelolaan air minum di Jakarta. Masukan dari aktivis diharapkan dapat membantu PAM Jaya dalam meningkatkan layanan dan mencapai target cakupan air minum 100 persen pada tahun 2030. Pentingnya edukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan air bersih dari jaringan perpipaan juga menjadi poin penting yang perlu digarisbawahi.
Langkah-langkah konkret yang akan diambil PAM Jaya berdasarkan masukan dari FGD ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Namun, komitmen PAM Jaya untuk terus meningkatkan layanan dan keterbukaan terhadap kritik merupakan langkah positif dalam upaya memastikan akses air bersih bagi seluruh warga Jakarta. Peran aktif LSM dan masyarakat sipil dalam mengawasi dan memberikan masukan juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.
Ke depannya, diharapkan akan ada lebih banyak diskusi dan kolaborasi serupa untuk memastikan pengelolaan air minum di Jakarta berjalan efektif dan efisien, serta menjamin akses air bersih dan sehat bagi seluruh warga Jakarta. Hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di Ibu Kota.