Angin Kencang Sebabkan 75 Ton Ikan di Danau Maninjau Mati
Angin kencang di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mengakibatkan 75 ton ikan mati, dengan tambahan 50 ton ikan nila di Nagari Tanjung Sani setelah sebelumnya 25 ton ikan mati di Nagari Bayua.
Angin kencang yang menerjang Danau Maninjau, Sumatera Barat sejak Minggu (12/1) telah mengakibatkan kematian massal ikan keramba jaring apung. Total kerugian mencapai 75 ton ikan, dengan penambahan terbaru 50 ton ikan nila di Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya pada Sabtu (18/1). Sebelumnya, sebanyak 25 ton ikan telah mati di Nagari Bayua pada Senin (13/1).
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, data tersebut diperoleh dari pendataan penyuluh perikanan lapangan. 50 ton ikan nila dengan berbagai ukuran tersebut milik puluhan petani keramba jaring apung. Petugas masih melakukan pendataan di lapangan untuk memastikan angka kematian ikan yang sebenarnya.
Penyebab kematian ikan ini adalah angin kencang yang menyebabkan pembalikan air di danau. Peristiwa ini membuat oksigen di dasar danau berkurang, menyebabkan ikan pusing dan akhirnya mati. Bangkai ikan kemudian mengapung ke permukaan danau.
Kematian ikan ini tidak hanya terjadi di satu lokasi. Awalnya tercatat di Nagari Bayua, kemudian meluas ke Nagari Tanjung Sani. Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam mengimbau para petani untuk tidak membuang bangkai ikan ke danau agar tidak terjadi pencemaran. Mereka diminta untuk mengumpulkan dan mengubur bangkai ikan tersebut.
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah berupaya mengantisipasi kejadian ini. Pada 21 November 2024, mereka telah mengirimkan surat (Nomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024) kepada wali nagari dan camat setempat terkait prediksi cuaca ekstrem dan langkah pencegahan kematian ikan. Surat tersebut bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi kematian ikan akibat cuaca ekstrem.
Meskipun telah ada upaya antisipasi, jumlah kematian ikan yang cukup signifikan tetap terjadi. Kejadian ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah untuk mencari solusi jangka panjang guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pentingnya pengelolaan danau yang berkelanjutan dan perlindungan terhadap ekosistem danau perlu diperhatikan.
Kejadian ini juga menyoroti pentingnya kerjasama antara pemerintah dan para pembudidaya ikan. Informasi dan edukasi yang tepat kepada petani mengenai antisipasi cuaca ekstrim sangat krusial untuk meminimalisir kerugian. Selain itu, dibutuhkan upaya bersama untuk menjaga kelestarian Danau Maninjau.