Ribuan Ikan Keramba di Telaga Ngebel Mati Mendadak: Perubahan Suhu dan Belerang Jadi Tersangka
Ribuan ikan keramba di Telaga Ngebel, Ponorogo, mati mendadak diduga akibat perubahan suhu air dan munculnya belerang dari dasar telaga, mengakibatkan kerugian puluhan juta rupiah bagi para pembudidaya.
![Ribuan Ikan Keramba di Telaga Ngebel Mati Mendadak: Perubahan Suhu dan Belerang Jadi Tersangka](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/080018.095-ribuan-ikan-keramba-di-telaga-ngebel-mati-mendadak-perubahan-suhu-dan-belerang-jadi-tersangka-1.jpeg)
Ponorogo, Jawa Timur, 7 Februari 2024 - Sebuah kejadian mengejutkan terjadi di Telaga Ngebel, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Ribuan ikan di keramba apung milik warga mati mendadak dalam beberapa hari terakhir. Kematian massal ini diduga kuat disebabkan oleh perubahan suhu air yang drastis dan munculnya belerang dari dasar telaga.
Kematian ikan pertama kali terdeteksi pada Jumat, 31 Januari 2024. Namun, puncaknya terjadi pada Sabtu dan Minggu berikutnya, 1 dan 2 Februari 2024. Jenis ikan yang menjadi korban meliputi nila, tombro, tawes, dan gurami. Yang menarik, ikan-ikan asli Telaga Ngebel tampaknya tidak terpengaruh oleh kejadian ini.
Penyebab Kematian Massal Ikan
Dwi Prastyono, salah satu pembudidaya ikan keramba, menjelaskan bahwa perubahan suhu air yang tiba-tiba menjadi penyebab utama kematian ikan. "Karena perubahan suhu air mendadak, banyak ikan mati. Kalau tidak segera dikubur, air telaga bisa tercemar," ujarnya. Untuk mencegah pencemaran lebih lanjut, para pembudidaya terpaksa mengubur ikan-ikan yang mati dalam jumlah besar.
Selain perubahan suhu, munculnya belerang dari dasar telaga juga memperparah situasi. Hadi Santoso, pembudidaya lain, menambahkan, "Kemunculan belerang yang bercampur dengan air turut memperburuk kondisi. Ikan keramba dinilai lebih rentan dibanding ikan alami telaga." Ia memperkirakan sekitar 50 hingga 60 persen ikan di keramba miliknya mati.
Kerugian Mencapai Puluhan Juta Rupiah
Dampak ekonomi dari kejadian ini sangat signifikan. Hadi Santoso memperkirakan kerugian mencapai puluhan juta rupiah. "Ribuan ikan mati, mungkin beratnya bisa sampai ton," katanya dengan nada pasrah. Jumlah kematian ikan yang mencapai ribuan ekor dengan berat ratusan kilogram menunjukkan skala kerugian yang cukup besar bagi para pembudidaya.
Dwi Prastyono juga berupaya mengurangi kerugian dengan menggunakan pompa air untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam air. Upaya ini diharapkan dapat menyelamatkan sebagian ikan yang tersisa. Namun, efektivitasnya masih perlu dilihat dalam jangka panjang.
Fenomena Musiman atau Ancaman Baru?
Hadi Santoso menyebut kejadian ini sebagai fenomena musiman yang biasanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun. Namun, dua tahun terakhir kejadian serupa tidak terjadi. Kemunculan kembali fenomena ini menimbulkan pertanyaan apakah ini masih merupakan fenomena musiman atau ada faktor lain yang perlu diinvestigasi lebih lanjut.
Kejadian ini menyoroti kerentanan budidaya ikan keramba terhadap perubahan lingkungan. Perubahan suhu air dan munculnya belerang menjadi pelajaran berharga bagi para pembudidaya untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan dan mempersiapkan strategi mitigasi risiko di masa mendatang. Pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab pasti dan solusi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa di masa depan juga perlu diperhatikan.
Kesimpulan
Kematian ribuan ikan keramba di Telaga Ngebel merupakan kerugian besar bagi para pembudidaya. Perubahan suhu air dan munculnya belerang diduga menjadi penyebab utama. Kejadian ini menyoroti pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan antisipasi terhadap perubahan iklim yang dapat berdampak pada ekosistem perairan.