APEC Bahas Tantangan AI dan Kesenjangan Tenaga Kerja di Jeju
Pertemuan APEC di Jeju membahas tantangan tenaga kerja di kawasan Asia Pasifik, termasuk dampak AI, populasi usia lanjut, dan kesenjangan pendidikan serta lapangan kerja.

Jeju, Korea Selatan, 9 Mei 2024 - Negara-negara ekonomi APEC mengadakan pertemuan empat hari di Jeju untuk membahas serangkaian tantangan yang berkembang di kawasan tersebut, termasuk dampak kecerdasan buatan (AI), populasi yang menua, dan kesenjangan yang terus ada dalam sistem pendidikan dan pekerjaan.
Dalam pidato pembukaan pada Sidang Pleno Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia APEC pada hari Rabu (7 Mei), Wakil Menteri Kementerian Pendidikan Korea Seok-Hwan Oh menekankan perlunya reformasi sistem pendidikan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. "Kita berada di titik balik. Pendidikan harus melampaui transmisi pengetahuan. Pendidikan harus menghubungkan para pembelajar, mendorong pemikiran kritis, dan meningkatkan kemampuan beradaptasi," kata Wakil Menteri Oh, seperti yang tercantum dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia APEC yang diterima di Jakarta pada hari Jumat.
Ia menyoroti inisiatif Korea untuk memperkenalkan buku teks digital berbasis AI yang bertujuan untuk mempersonalisasi pembelajaran dan membekali siswa dengan keterampilan pemecahan masalah. "Titik awal perubahan ada di ruang kelas. Kami mendukung inovasi yang dipimpin guru dan memperluas akses digital untuk memastikan tidak ada siswa yang tertinggal," kata Oh.
Tantangan AI dan Kesenjangan Keterampilan
Sepanjang hari, para delegasi membahas bagaimana negara-negara anggota APEC dapat memperbarui strategi pendidikan dan pekerjaan agar tetap relevan dalam menghadapi perubahan cepat. Tema utamanya adalah ketidaksesuaian yang semakin besar antara apa yang diajarkan sekolah dan apa yang dibutuhkan pasar kerja.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja Korea Chang-jun Kwon membahas perubahan struktural yang melanda pasar kerja global. "Penyebaran kecerdasan buatan, angka kelahiran rendah, dan populasi yang menua sedang membentuk kembali bagaimana ekonomi tumbuh, bagaimana orang bekerja, dan keterampilan apa yang dibutuhkan," katanya.
Wakil Menteri Kwon menguraikan reformasi kebijakan yang sedang dilakukan Korea, termasuk sistem ketenagakerjaan yang fleksibel, dukungan yang lebih kuat untuk pembelajaran seumur hidup, dan integrasi yang lebih baik antara perempuan dan orang dewasa yang lebih tua ke dalam angkatan kerja. "Kita harus mengurangi kekakuan dalam struktur upah dan jam kerja dan menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih adil yang mendukung transisi pekerjaan dan mengurangi kesenjangan," tegasnya.
Ia juga menyerukan perlindungan yang lebih kuat bagi pekerja rentan, khususnya mereka yang bekerja di sektor non-standar seperti pekerjaan platform dan lepas.
Solusi Kolaboratif APEC
Pertemuan tersebut mempertemukan perwakilan dari seluruh 21 negara ekonomi APEC dan berfungsi sebagai persiapan untuk dua diskusi tingkat menteri tentang pendidikan dan pengembangan tenaga kerja minggu depan. Sesi minggu ini akan berfokus pada inklusi penyandang disabilitas, keterampilan digital, koordinasi kebijakan regional, dan cara untuk melibatkan generasi muda di sektor pekerjaan baru.
"Unsur manusia dari pertumbuhan ekonomi terlalu sering diabaikan. Kelompok kerja ini sangat penting untuk memastikan bahwa rakyat kita siap untuk masa depan, bukan hanya pasar kita," kata Eduardo Pedrosa, Direktur Eksekutif Sekretariat APEC.
Pedrosa menyoroti sejarah panjang APEC dalam fokus pada pembangunan kapasitas manusia, termasuk proyek-proyek yang mempromosikan literasi digital, pekerjaan yang inklusif, dan kebijakan pendidikan yang berorientasi pada masa depan. "Kita membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih kuat dan dialog terbuka untuk mengubah tantangan bersama kita menjadi kemajuan bersama," katanya.
Salah satu proposal yang diperkenalkan oleh Korea menyerukan pembentukan dana regional baru yang berfokus pada dukungan bagi generasi mendatang, yang akan berinvestasi dalam kebijakan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan, pekerjaan kaum muda, dan transisi digital. Para pejabat juga meninjau inisiatif saat ini tentang pekerjaan penyandang disabilitas, tren pekerjaan digital, dan koordinasi lintas sektor.
Kesimpulan
Pertemuan Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia APEC di Jeju menghasilkan rekomendasi penting untuk mengatasi tantangan tenaga kerja di kawasan Asia Pasifik. Fokus utama adalah pada solusi praktis yang memungkinkan pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta, mengarahkan kebijakan menuju pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif melalui pembangunan yang berpusat pada manusia. Hasil pertemuan ini akan membentuk agenda APEC untuk membangun angkatan kerja yang tangguh, inklusif, dan siap menghadapi masa depan.