AS Jadi Penyumbang Surplus Dagang RI Selama Satu Dekade Terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Amerika Serikat konsisten menjadi salah satu penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia selama satu dekade terakhir, bersama India dan Filipina.

Jakarta, 21 April 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan temuan mengejutkan terkait neraca perdagangan Indonesia. Amerika Serikat (AS) secara konsisten menjadi salah satu penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia selama satu dekade terakhir, tepatnya sejak tahun 2015 hingga 2025. Pencapaian ini diraih bersama dengan India dan Filipina, menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia di pasar internasional.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan pernyataan resmi di Jakarta, Senin lalu. Ia menjelaskan, "India, Filipina dan Amerika Serikat merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir." Pernyataan ini menegaskan posisi strategis Indonesia dalam perdagangan global dan kerja sama ekonomi yang kuat dengan beberapa negara kunci.
BPS melakukan tinjauan khusus perdagangan bilateral Indonesia-AS untuk menganalisis dampak penerapan tarif resiprokal oleh AS terhadap neraca perdagangan kedua negara. Tinjauan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan relevan bagi pengambilan kebijakan di masa mendatang. Hasilnya menunjukkan tren peningkatan volume perdagangan dengan AS dalam 10 tahun terakhir, terutama didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas Indonesia.
Ekspor Indonesia ke AS: Sektor Unggulan dan Kinerja Positif
Surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai puncaknya pada tahun 2022, dengan nilai mencapai 16,57 miliar dolar AS (sekitar Rp278,54 triliun dengan kurs Rp16.810). Kinerja positif ini didorong oleh beberapa sektor unggulan. Pada periode Januari hingga Maret 2025, mesin dan perlengkapan elektrik menjadi komoditas ekspor utama, dengan nilai mencapai 1,2 miliar dolar AS (Rp20,1 triliun).
Sektor alas kaki juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan, dengan nilai ekspor mencapai 657,9 juta dolar AS (Rp11 triliun) atau 9,01 persen dari total ekspor Indonesia ke AS yang mencapai 7,3 miliar dolar AS (Rp122 triliun). Subsektor pakaian dan aksesoris rajutan maupun bukan rajutan juga berkontribusi signifikan, mencapai 16,39 persen dari total ekspor dengan nilai 1,19 miliar dolar AS (Rp20 triliun).
Sektor lemak dan minyak hewan nabati juga memberikan kontribusi penting, dengan nilai ekspor mencapai 6,94 persen dari total ekspor atau 507,19 juta dolar AS (Rp8,52 triliun). "Sepanjang Januari sampai dengan Maret 2025 nilai ekspor keempat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," ungkap Amalia.
Impor Indonesia dari AS: Komoditas Utama
Di sisi lain, Indonesia juga mengimpor sejumlah komoditas dari AS. Komoditas impor utama meliputi mesin/peralatan mekanik, biji dan buah mengandung minyak, mesin/perlengkapan elektrik, ampas dan sisa industri makanan, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis. Total nilai impor Indonesia dari AS pada periode Januari hingga Maret 2025 mencapai 2,98 miliar dolar AS atau sekitar Rp50,12 triliun.
Data ini menunjukkan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan antara Indonesia dan AS. Meskipun Indonesia mengimpor beberapa komoditas dari AS, ekspor Indonesia yang signifikan di berbagai sektor telah menghasilkan surplus neraca perdagangan yang konsisten selama satu dekade terakhir. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara di masa depan.
Keberhasilan ini tentunya menjadi bukti nyata dari strategi perdagangan yang tepat dan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Dengan terus meningkatkan kualitas dan inovasi produk, Indonesia berpotensi untuk semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu mitra dagang utama AS.