Banjir Bandang Pegunungan Arfak: 35 Personel Dikerahkan Cari 19 Warga Hilang
Banjir bandang dan tanah longsor di Distrik Catubouw, Pegunungan Arfak, Papua Barat, telah menyebabkan 19 warga hilang, dan 35 personel polisi dikerahkan untuk membantu pencarian.

Banjir bandang dan tanah longsor menerjang Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, pada Jumat, 16 Mei 2023, pukul 21.00 WIT. Bencana ini menyebabkan 19 warga hilang, satu meninggal dunia, sementara empat lainnya berhasil selamat. Polisi langsung mengerahkan 35 personel untuk membantu Tim SAR gabungan dalam operasi pencarian korban yang hingga kini masih berlangsung.
Kejadian ini bermula dari hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak pukul 13.00 WIT. Intensitas hujan yang sangat tinggi menyebabkan debit air Kali Meyof di Kampung Jim meluap dan menimbulkan banjir bandang. Suara gemuruh yang dahsyat mendahului bencana tersebut, memberikan sedikit waktu bagi empat warga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Mereka kemudian berjalan kaki untuk mencari bantuan pada keesokan harinya.
Kepala Polres Pegunungan Arfak, Kompol Bernadus Okoka, menyatakan bahwa 35 personel kepolisian telah diterjunkan untuk mendukung Tim SAR dalam operasi pencarian korban. Perjalanan menuju lokasi bencana membutuhkan waktu sekitar empat jam perjalanan darat dari ibu kota kabupaten, dilanjutkan dengan perjalanan kaki. Kesulitan akses menjadi tantangan tersendiri dalam operasi pencarian ini.
Operasi Pencarian Korban Banjir Bandang
Operasi pencarian korban melibatkan Tim SAR gabungan dari Basarnas Manokwari, TNI, dan Polres Pegunungan Arfak. Kompol Bernadus Okoka menekankan pentingnya keselamatan para personel yang terlibat dalam operasi. Ia menginstruksikan agar mereka selalu berkoordinasi, waspada terhadap kondisi medan yang labil dan cuaca yang tidak menentu, serta menghindari bekerja sendiri. "Tetap waspada dan berhati-hati karena kondisi medan yang labil dan cuaca yang tidak menentu. Jangan bekerja sendiri, saling pantau satu sama lain," pesan Kompol Bernadus.
Empat korban selamat telah dievakuasi dan mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Masni, Kabupaten Manokwari. Polisi juga telah mengidentifikasi nama-nama ke-19 warga yang masih hilang. Salah satu korban yang meninggal dunia telah teridentifikasi bernama Harun Maidodga (22), warga Distrik Masni, Kabupaten Manokwari.
Kesaksian Fretsman Unas (33), salah satu korban selamat, menggambarkan kengerian kejadian tersebut. Ia menceritakan bagaimana hujan deras sejak siang hari menyebabkan air Kali Meyof meluap dengan cepat. "Kejadian sangat cepat. Bunyi gemuruh dan air kali meluap sangat keruh. Kami lari ke tempat yang tinggi, besok tanggal 17 Mei jalan kaki cari bantuan," ungkap Fretsman.
Tantangan Pencarian dan Evakuasi
Kondisi medan yang sulit dan cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan utama dalam operasi pencarian dan evakuasi korban. Jarak tempuh yang jauh dan medan yang terjal membutuhkan waktu dan upaya ekstra dari Tim SAR gabungan. Koordinasi yang baik antar instansi sangat krusial untuk memastikan kelancaran operasi dan keselamatan seluruh personel yang terlibat.
Upaya pencarian korban terus dilakukan dengan maksimal oleh Tim SAR gabungan. Doa dan dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat memberikan semangat dan kekuatan bagi tim yang berjuang di tengah kondisi yang sulit tersebut. Semoga seluruh korban yang hilang segera ditemukan.
Proses identifikasi korban dan evakuasi yang dilakukan oleh pihak berwenang diharapkan dapat memberikan kepastian dan ketenangan bagi keluarga korban. Dukungan dan bantuan dari pemerintah daerah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu para korban dan keluarga yang terdampak bencana ini.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih waspada terhadap potensi bencana alam dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat.