Banjir Bandang Pegunungan Arfak: Satu Meninggal, 19 Hilang, Tim SAR Terkendala Jaringan Komunikasi
Banjir bandang di Pegunungan Arfak akibatkan satu korban jiwa dan 19 lainnya hilang, tim SAR terkendala minimnya jaringan komunikasi di lokasi.

Banjir bandang menerjang Kampung Jim, Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, pada Jumat (17/5) malam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan satu orang meninggal dunia dan 19 lainnya masih dalam pencarian. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menjadi penyebab utama terjadinya bencana ini.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa luapan air dari hulu sungai menghantam kawasan tempat tinggal sementara para pencari emas tradisional sekitar pukul 21:00 WIT. Akibatnya, tenda dan perlengkapan mereka hanyut terbawa arus deras.
Korban meninggal dunia telah diidentifikasi sebagai Harun Meidodga yang berusia 22 tahun. Tim gabungan dari berbagai instansi terkait terus berupaya mencari 19 orang yang masih dinyatakan hilang di lokasi kejadian.
Identifikasi Korban Hilang dan Luka-Luka
Tim SAR gabungan terus berupaya mencari korban yang hilang akibat banjir bandang. Berikut adalah daftar nama-nama korban hilang yang masih dalam pencarian:
Selain korban hilang, empat orang juga dilaporkan mengalami luka-luka akibat banjir bandang ini. Mereka adalah Fretswan Unas (33), Juandi Takaliumang (22), Yeskiel Takaliumang (34), dan Karunyak Takaliumang (44). Para korban luka telah mendapatkan penanganan awal dari masyarakat setempat sambil menunggu bantuan medis lebih lanjut.
Menurut laporan, tidak ada kerusakan fisik signifikan maupun kerugian materiil yang besar akibat peristiwa ini. Tidak ada warga yang mengungsi karena banjir bandang tersebut.
Kendala dan Upaya Penanganan
BPBD Kabupaten Pegunungan Arfak telah melakukan pendataan terhadap korban dan dampak dari banjir bandang. Koordinasi terus dilakukan dengan BPBD Provinsi Papua Barat dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mempercepat proses pencarian dan penanganan lanjutan.
Abdul Muhari menyampaikan bahwa upaya pencarian korban hilang menghadapi kendala serius akibat minimnya jaringan komunikasi di lokasi terdampak. Kondisi ini menyulitkan pelaporan situasi dan koordinasi langsung di lapangan.
"Upaya pencarian menghadapi kendala minimnya jaringan komunikasi di lokasi terdampak yang menyulitkan pelaporan situasi dan koordinasi langsung di lapangan," ujar Abdul Muhari.
Imbauan Kewaspadaan dari BNPB
Sebagai langkah pencegahan, BNPB mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana, terutama di area lereng dan kawasan aktivitas tambang tradisional, untuk meningkatkan kewaspadaan selama musim hujan.
BNPB menekankan pentingnya menjauh dari lokasi berisiko saat hujan deras dan segera melaporkan potensi bahaya kepada aparat setempat. Keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama bagi seluruh masyarakat.
"Segera menjauh dari lokasi berisiko saat hujan deras dan laporkan potensi bahaya kepada aparat setempat. Keselamatan jiwa adalah prioritas utama," tegas Abdul Muhari.
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan mengikuti perkembangan informasi dari pihak berwenang terkait kondisi cuaca dan potensi bencana di wilayah masing-masing. Langkah-langkah pencegahan dini dapat membantu mengurangi risiko dan dampak buruk akibat bencana alam.