Banjir di Banjar, Kalsel: 4.611 Jiwa Terdampak Cuaca Ekstrem
Banjir akibat cuaca ekstrem di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, telah menyebabkan 4.611 jiwa dari 1.480 KK di 18 desa terdampak, dengan 1.176 rumah terendam.

Banjir yang disebabkan cuaca ekstrem telah melanda Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengakibatkan dampak signifikan bagi ribuan penduduk. Sebanyak 4.611 jiwa dari 1.480 kepala keluarga (KK) di 18 desa yang tersebar di tiga kecamatan terdampak bencana ini. Bencana alam ini terjadi pada Jumat malam, 08/3, menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar.
Menurut Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjar, Agus Siswanto, sebanyak 1.176 unit rumah terendam banjir. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, pemerintah kecamatan dan desa langsung bergerak cepat ke lokasi untuk melakukan pemantauan, pendataan warga terdampak, dan memonitor wilayah yang terdampak banjir. Upaya ini dilakukan untuk memastikan keselamatan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi para korban.
Sistem pemantauan yang terintegrasi juga dikerahkan untuk memetakan kondisi banjir. Pusdalops-PB BPBD Kabupaten Banjar menggunakan perangkat radio komunikasi repeater VHF, EWS, dan WhatsApp untuk memantau situasi terkini. Selain itu, pemantauan ketinggian air dilakukan melalui sensor Early Warning System (EWS) di beberapa desa, serta melalui koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) III Kalimantan untuk memantau ketinggian air di beberapa sungai utama di daerah tersebut.
Tim Gabungan Terjun ke Lokasi Bencana
BPBD Kabupaten Banjar memastikan bahwa tim gabungan telah diterjunkan ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan dan memastikan keselamatan warga. "Personil BPBD, TNI, Polri, pemerintah kecamatan dan desa telah mengecek, mendata warga yang terdampak dan selalu memonitor wilayah kecamatan yang terdampak banjir," jelas Agus Siswanto. Evakuasi warga juga telah dilakukan di beberapa lokasi, seperti di Perumahan Megatama, Kecamatan Martapura.
Data yang diperoleh dari sensor EWS menunjukkan ketinggian air yang bervariasi di beberapa desa. Di Desa Rantau Nangka, Kecamatan Sungai Pinang, ketinggian air mencapai 1,47 meter, sementara di Desa Sungai Arfat, Kecamatan Karang Intan, mencapai 3,41 meter, yang berstatus siaga. Pemantauan ketinggian air di sungai-sungai utama juga dilakukan melalui BWS III Kalimantan, mencatat ketinggian air di Sungai Martapura Banjar mencapai 10,3 meter, Sungai Riam Kiwa Banjar 4,7 meter, Sungai Riam Kanan Banjar 6,25 meter, dan Bendungan Riam Kanan pada Elevasi +58,575 meter.
Agus Siswanto mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera melapor ke aparat terdekat atau BPBD jika terjadi kondisi darurat atau bencana. Kerja sama dan kewaspadaan bersama sangat penting dalam menghadapi bencana alam seperti ini.
Pemantauan dan Koordinasi yang Terintegrasi
Sistem pemantauan yang komprehensif digunakan untuk memastikan respon yang cepat dan tepat terhadap situasi banjir. Penggunaan teknologi seperti EWS dan sistem komunikasi modern memungkinkan BPBD untuk memperoleh data real-time dan berkoordinasi secara efektif dengan berbagai pihak terkait. Hal ini menunjukkan upaya proaktif dalam mengelola dan mengurangi dampak bencana.
Koordinasi yang baik antara BPBD, TNI, Polri, dan pemerintah desa sangat krusial dalam penanggulangan bencana ini. Kerja sama ini memungkinkan respon yang terkoordinir dan efektif dalam memberikan bantuan kepada warga yang terdampak. Kecepatan respon dan koordinasi ini menjadi kunci dalam meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan oleh banjir.
Data ketinggian air yang dipantau melalui berbagai sumber, baik dari sensor EWS maupun dari BWS III Kalimantan, memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi banjir. Informasi ini penting untuk pengambilan keputusan dan penentuan langkah-langkah selanjutnya dalam penanggulangan bencana.
Imbauan Kepada Masyarakat
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam, terutama di musim hujan. Penting untuk selalu mengikuti arahan dari pihak berwenang dan melaporkan segera jika terjadi kondisi darurat. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat merupakan bagian penting dalam mengurangi dampak bencana.
Laporan dari BPBD Kabupaten Banjar menunjukkan pentingnya sistem peringatan dini dan koordinasi yang efektif dalam penanggulangan bencana. Dengan pemantauan yang ketat dan respon yang cepat, diharapkan dampak buruk dari bencana alam dapat diminimalisir.