Banjir Kudus: 8 Sekolah Terpaksa Gunakan Pembelajaran Daring
Curah hujan tinggi di Kudus mengakibatkan banjir yang melanda beberapa desa dan memaksa delapan sekolah dasar dan menengah pertama untuk menerapkan pembelajaran daring sementara waktu.

Banjir yang melanda beberapa desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, telah berdampak pada kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah. Sebanyak delapan sekolah dasar dan menengah pertama terpaksa menerapkan sistem pembelajaran daring mulai Rabu, 23 Januari 2024, karena genangan air akibat curah hujan tinggi.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Kudus, Anggun Nugroho, menjelaskan bahwa banjir yang terjadi di berbagai desa memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Meskipun genangan mulai surut, beberapa sekolah lebih dulu terdampak dan langsung beralih ke pembelajaran jarak jauh. SMP 2 Mejobo, misalnya, sudah menerapkan pembelajaran daring sejak dua hari sebelum pernyataan resmi ini dikeluarkan.
Tujuh sekolah dasar lainnya juga ikut memberlakukan pembelajaran daring. Sekolah-sekolah tersebut adalah SD 4 Kesambi dan SD 2 Mejobo serta SD 4 Golantepus di Kecamatan Mejobo; SD 3 Pasuruhan Lor di Kecamatan Jati; dan SD 1, SD 2 Setrokalangan, serta SD 1 Banget di Kecamatan Kaliwungu. Kondisi genangan di sekitar sekolah-sekolah ini mengganggu aktivitas belajar mengajar sehingga pembelajaran daring menjadi solusi sementara.
Ananto Prayitno, Kasi Sarana dan Prasarana Disdikpora Kudus, menambahkan bahwa banjir mayoritas menggenangi halaman sekolah. Meskipun genangan di dalam ruang kelas masih minim, hal tersebut tetap mengganggu kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran daring dipilih untuk memastikan kelancaran proses pendidikan.
Heru Sulistiyono, Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Kaliwungu, membenarkan bahwa tiga desa di wilayahnya terdampak banjir. SD 1 Setrokalangan, yang tergenang cukup tinggi, masih menerapkan pembelajaran daring. Sementara itu, SD 1 Banget dan SD 2 Setrokalangan, yang akses jalannya sudah bisa dilalui, sudah kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka.
Ketinggian air bervariasi di Desa Setrokalangan, berkisar antara 10 hingga 80 sentimeter. Di sekitar SD 1 Setrokalangan, ketinggian air mencapai 40 sentimeter. Ketinggian air di jalan Desa Garung Kidul menuju Dukuh Karangturi bahkan mencapai 60 sentimeter, sehingga masih belum bisa dilewati kendaraan roda dua. Kondisi ini menunjukkan dampak signifikan dari banjir terhadap aksesibilitas dan kegiatan belajar mengajar di daerah tersebut.
Dengan surutnya genangan air, sebagian besar sekolah yang sebelumnya memberlakukan pembelajaran daring telah kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka pada Sabtu, 1 Februari 2024. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap potensi banjir susulan mengingat curah hujan yang masih tinggi di wilayah tersebut.