Banjir Pesisir Selatan Diduga Akibat Sedimentasi Sungai dan Hujan Deras
Banjir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, diduga disebabkan oleh penumpukan sedimen sungai dan tingginya curah hujan, mengakibatkan puluhan rumah terendam.

Banjir yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada Senin malam, 7 April 2024, telah mengakibatkan puluhan rumah warga terendam. Peristiwa ini terjadi di Nagari Amping Parak Timur, Kecamatan Sutera, dan Nagari Lubuk Sariak, Kecamatan Lengayang. BPBD Provinsi Sumatera Barat menduga banjir tersebut dipicu oleh dua faktor utama: tingginya intensitas curah hujan dan penumpukan sedimen di sungai-sungai setempat.
Juru Bicara BPBD Provinsi Sumbar, Ilham Wahab, menjelaskan bahwa selain curah hujan yang tinggi, penumpukan sedimen sungai juga menjadi faktor penyebab utama meluapnya air sungai hingga ke pemukiman warga. "Selain curah yang tinggi, kami menduga banjir ini juga imbas dari tingginya sedimen sungai, sehingga terjadi luapan air sungai ke pemukiman warga," ungkap Ilham Wahab dalam keterangannya di Padang, Selasa, 8 April 2024.
Banjir yang terjadi diduga membawa material berupa pasir, tanah, kerikil, dan kayu yang kemudian menumpuk di dasar sungai. Meskipun demikian, BPBD masih memerlukan kajian teknis lebih lanjut untuk memastikan apakah penumpukan sedimen ini menjadi penyebab utama banjir atau hanya faktor pendukung, mengingat intensitas hujan yang tinggi juga berperan signifikan.
Sedimentasi Sungai dan Intensitas Hujan: Dua Faktor Utama Banjir Pesisir Selatan
Ilham Wahab menambahkan bahwa kedua nagari yang terdampak banjir tersebut memang rawan banjir, terutama saat musim hujan tiba. Namun, BPBD belum dapat memastikan apakah berkurangnya luas tutupan hutan atau adanya alih fungsi lahan turut berkontribusi terhadap kejadian ini. "Kawasan itu memang sudah sering dilanda banjir, terutama saat musim hujan. Kita juga belum bisa menyimpulkan apakah banjir ini karena berkurangnya tutupan hutan atau alih fungsi lahan," tambahnya.
Banjir disebabkan oleh meluapnya Batang Sungai Ampiang Parak dan Batang Sungai Lubuk Sariak Kambang Utara. Berdasarkan laporan BPBD, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun pendataan kerugian material masih berlangsung. "Tidak ada korban yang mengungsi, namun petugas masih mendata total kerugian yang dialami masyarakat," jelas Ilham Wahab.
Meskipun tidak ada korban jiwa, BPBD tetap mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi ancaman penyakit menular pasca-banjir. Penyakit kulit dan diare menjadi perhatian utama mengingat kondisi lingkungan yang lembap setelah banjir.
Antisipasi dan Pencegahan Banjir di Masa Mendatang
Kejadian banjir di Pesisir Selatan ini menjadi pengingat pentingnya upaya antisipasi dan pencegahan banjir di masa mendatang. Kajian komprehensif mengenai sedimentasi sungai dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) sangat diperlukan. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap tata ruang wilayah dan upaya pelestarian lingkungan untuk mencegah terjadinya banjir serupa di kemudian hari.
Langkah-langkah mitigasi bencana, seperti pembangunan infrastruktur pengendali banjir, sistem peringatan dini, dan edukasi kepada masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana, juga perlu ditingkatkan. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat krusial dalam upaya mengurangi risiko bencana banjir di Pesisir Selatan.
Perlu ditekankan bahwa penanganan banjir tidak hanya berfokus pada penanggulangan pasca-bencana, tetapi juga pada upaya pencegahan dan mitigasi yang terencana dan berkelanjutan. Hal ini untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Pesisir Selatan.
- Pentingnya kajian komprehensif sedimentasi sungai.
- Evaluasi tata ruang wilayah dan pelestarian lingkungan.
- Peningkatan infrastruktur pengendali banjir dan sistem peringatan dini.
- Edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana.
Kejadian banjir ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat upaya mitigasi bencana di masa mendatang. Semoga kejadian serupa dapat dicegah dan dampaknya dapat diminimalisir.