BGN Tinjau Lokasi SPPG 3T di NTT: Upaya Perbaikan Gizi di Desa Terpencil
Badan Gizi Nasional meninjau lokasi calon Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Koa, NTT, untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis di daerah 3T yang sulit dijangkau.

Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan peninjauan lokasi untuk pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Koa, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa Koa, yang masuk dalam kategori daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), dipilih sebagai lokasi strategis untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Peninjauan ini dilakukan pada Rabu, 12 Maret 2024, dan dipimpin langsung oleh Deputi Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan. Beliau mengungkapkan tantangan geografis yang cukup signifikan dalam mencapai Desa Koa, "Saya sangat bersuka cita ya, hari ini bisa berada di sini, melihat kondisi di Desa Koa, Kecamatan Mollo Barat, dan memang cukup berat ya medannya, karena harus menyeberangi sungai," ungkap Tigor.
Pemilihan Desa Koa sebagai lokasi SPPG didasarkan pada kondisi geografisnya yang mewakili banyak desa di wilayah 3T di Indonesia. Lokasi ini diharapkan dapat menjadi model intervensi gizi yang efektif dan dapat direplikasi di daerah lain dengan kendala aksesibilitas serupa. Program MBG di daerah terpencil seperti Desa Koa memiliki peran krusial dalam meningkatkan status gizi masyarakat.
Tantangan dan Peluang Pembangunan SPPG di Desa Koa
Aksesibilitas yang sulit menjadi tantangan utama dalam pembangunan SPPG di Desa Koa. Kondisi geografis yang berat, termasuk medan yang sulit dan perlu menyeberangi sungai, memerlukan perencanaan yang matang dan solusi inovatif untuk menjamin kelancaran operasional SPPG nantinya. Namun, tantangan ini juga menjadi peluang untuk mengembangkan model pelayanan gizi yang adaptif dan efektif di daerah 3T.
BGN berencana untuk membangun SPPG yang mampu mengatasi kendala aksesibilitas ini. Hal ini bisa berupa strategi distribusi logistik yang efisien, pelatihan tenaga kesehatan lokal, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pengawasan dan monitoring program MBG. Dengan demikian, SPPG di Desa Koa diharapkan tidak hanya melayani masyarakat setempat, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain yang memiliki tantangan serupa.
Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat setempat, dan lembaga terkait lainnya. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program dan pemahaman yang baik tentang pentingnya gizi bagi kesehatan.
Selain itu, upaya edukasi gizi kepada masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan program. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang komprehensif tentang pentingnya asupan gizi seimbang, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil. Hal ini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, demonstrasi memasak makanan bergizi, dan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan masyarakat secara aktif.
Dukungan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
SPPG di Desa Koa akan menjadi pusat dukungan utama bagi program MBG di wilayah tersebut. Program MBG sendiri bertujuan untuk memberikan akses makanan bergizi kepada anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Dengan adanya SPPG, distribusi makanan bergizi akan lebih terjamin dan terpantau dengan baik.
SPPG juga akan berperan dalam pemantauan status gizi masyarakat. Melalui kegiatan penimbangan dan pengukuran, serta pemeriksaan kesehatan, SPPG dapat mendeteksi dini masalah gizi buruk dan melakukan intervensi yang tepat waktu. Data yang dikumpulkan akan menjadi dasar bagi perencanaan program gizi yang lebih efektif dan terarah di masa mendatang.
Secara keseluruhan, pembangunan SPPG di Desa Koa merupakan langkah strategis BGN dalam upaya perbaikan gizi di daerah 3T. Dengan mengatasi tantangan aksesibilitas dan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan program ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi peningkatan status gizi masyarakat Desa Koa dan menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.
Keberhasilan program ini akan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam pemerataan akses layanan kesehatan dan gizi bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi dan kondisi geografis.