BI Beri Sinyal Potensi Penurunan BI-Rate Lebih Lanjut, Ini Alasannya Setelah Tiga Kali Dipangkas
Bank Indonesia (BI) membuka peluang penurunan BI-Rate, suku bunga acuan, lebih lanjut. Peluang ini muncul setelah tiga kali pemangkasan. Apa saja pertimbangannya?

Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan adanya potensi penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate di masa mendatang. Sinyal ini disampaikan setelah bank sentral melakukan pemangkasan BI-Rate sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan berbagai dinamika perekonomian global dan domestik yang terus berkembang.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta pada Senin (28/7) menegaskan komitmen BI. Pihaknya akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini tetap sejalan dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Perry Warjiyo menjelaskan bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter ini didukung oleh beberapa faktor kunci. Ekspektasi inflasi yang tetap rendah pada tahun 2025 dan 2026 menjadi salah satu pendorong utama. Selain itu, nilai tukar Rupiah yang diprakirakan stabil sesuai fundamentalnya turut memperkuat peluang penurunan suku bunga ini.
Faktor Pendukung Penurunan Suku Bunga Acuan
Potensi penurunan suku bunga acuan BI-Rate ke depan didasari oleh proyeksi inflasi yang terkendali. Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan tetap rendah pada tahun 2025 dan 2026, menciptakan ruang bagi kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Kondisi inflasi yang stabil ini menjadi fondasi penting dalam pengambilan keputusan terkait suku bunga.
Selain itu, stabilitas nilai tukar Rupiah juga menjadi pertimbangan utama bagi Bank Indonesia. Rupiah diprakirakan akan tetap bergerak sesuai dengan fundamental ekonominya, sehingga tidak menimbulkan tekanan signifikan. Kepercayaan terhadap fundamental Rupiah ini memberikan fleksibilitas bagi BI untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan.
Perry Warjiyo juga menekankan perlunya membalikkan ekspektasi pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan penurunan suku bunga, diharapkan aktivitas ekonomi dapat terstimulasi lebih lanjut. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya BI untuk mendukung pemulihan dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bauran Kebijakan BI untuk Stabilitas Ekonomi
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan moneter tidak hanya berfokus pada stabilisasi nilai tukar Rupiah, tetapi juga diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam kebijakan moneter, BI melakukan ekspansi moneter dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder. Ini adalah upaya untuk meningkatkan likuiditas di pasar dan mendorong aktivitas ekonomi. Intervensi di pasar valuta asing, seperti NDF, spot, dan DNDF, juga terus dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Dari sisi makroprudensial, BI telah meningkatkan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong penyaluran kredit perbankan. KLM diarahkan ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, sejalan dengan program pemerintah. Hingga minggu pertama Juli 2025, total insentif KLM yang disalurkan mencapai Rp376 triliun.
Selain KLM, BI juga menyesuaikan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) menjadi 35 persen dari modal bank. Penurunan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) menjadi 4 persen untuk BUK dan 2,5 persen untuk BUS/UUS juga dilakukan. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan ruang likuiditas lebih bagi perbankan.
Di sektor sistem pembayaran, BI fokus pada perluasan akseptasi pembayaran digital dan penguatan infrastruktur. Ini diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi sektor perdagangan dan UMKM. Konsolidasi struktur industri sistem pembayaran juga menjadi prioritas untuk efisiensi dan keamanan transaksi.
Rincian Pemangkasan BI-Rate Tahun Ini
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juli, Bank Indonesia telah memutuskan untuk memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps). Dengan pemangkasan ini, suku bunga acuan kini berada pada level 5,25 persen. Keputusan ini mencerminkan respons BI terhadap kondisi ekonomi terkini dan proyeksi ke depan.
Pelonggaran kebijakan moneter pada bulan Juli ini menandai pemangkasan BI-Rate yang ketiga kalinya sejak awal tahun. Sebelumnya, Bank Indonesia juga telah melakukan pemangkasan serupa pada bulan Januari dan Mei. Setiap pemangkasan dilakukan sebesar 25 bps.
Secara kumulatif, BI-Rate telah turun sebanyak 75 bps sepanjang tahun ini. Penurunan ini menunjukkan arah kebijakan moneter yang cenderung akomodatif. Tujuannya adalah untuk mendukung pemulihan ekonomi di tengah tantangan global dan domestik yang masih ada.