BNPB Percepat Respons Bantuan Bencana di Asia Pasifik: Evaluasi dari Misi Turki dan Myanmar
BNPB berupaya mempercepat respons bantuan kemanusiaan di Asia Pasifik dengan evaluasi dari misi di Turki dan Myanmar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertekad mempercepat respons bantuan kemanusiaan ke luar negeri, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Langkah ini diambil dengan memperbaiki prosedur dan lebih proaktif dalam komunikasi diplomatik. Pengalaman pengiriman tim ke Turki dan Myanmar menjadi bahan evaluasi utama untuk meningkatkan efektivitas bantuan di masa depan.
Kepala BNPB, Suharyanto, menekankan pentingnya kecepatan dalam memberikan bantuan. Menurutnya, respons yang lebih cepat akan memungkinkan Indonesia hadir dalam fase paling krusial untuk menyelamatkan korban bencana. BNPB akan lebih proaktif dalam menawarkan bantuan kepada negara-negara yang terkena bencana, tanpa harus menunggu permintaan resmi.
"Kita upayakan ke depan agar lebih cepat. Begitu ada bencana, kita akan proaktif menanyakan apakah negara tersebut memerlukan bantuan. Tidak mesti menunggu permintaan negara itu yang sedang menghadapi kondisi darurat (bencana)," ujar Suharyanto di Jakarta, Selasa (20/5).
Evaluasi Pengiriman Bantuan ke Luar Negeri
Suharyanto menjelaskan, terdapat perbedaan signifikan dalam prosedur pengiriman bantuan ke luar negeri dibandingkan dengan penanganan bencana di dalam negeri. Pemerintah Indonesia tidak dapat langsung mengirimkan bantuan ke negara lain sebelum ada permintaan resmi dari negara terdampak. Prosedur ini berbeda dengan penanganan bencana di dalam negeri, di mana tim SAR dapat langsung dikerahkan dalam waktu 1x24 jam setelah kejadian.
"Kalau dalam negeri tanpa diminta tim Basarnas langsung turun ketika ada korban. Tapi kalau di luar negeri, kita terikat prosedur dan regulasi," jelasnya.
Prosedur pengiriman bantuan ke luar negeri meliputi permintaan bantuan dari negara terdampak, diikuti dengan Rapat Tingkat Menteri (RTM) untuk menetapkan keputusan politik pengiriman bantuan. Proses ini memerlukan waktu, sementara masa kritis penyelamatan korban atau golden time umumnya berlangsung selama tujuh hari sejak bencana terjadi.
Percepatan Proses Respons Bencana
BNPB menyadari pentingnya memperpendek waktu respons agar bantuan dapat segera disalurkan kepada korban bencana. Kecepatan dalam proses politik dan diplomatik menjadi kunci agar Indonesia dapat mengirimkan bantuan secara efektif. Dengan memperpendek waktu respons, diharapkan Indonesia dapat hadir dalam fase paling krusial untuk menyelamatkan korban.
Sebagai contoh, pengiriman tim INASAR ke Myanmar dilakukan pada hari keempat pascabencana, sementara pengiriman ke Turki dilakukan pada hari keempat atau kelima. Meskipun tidak langsung, pengiriman tersebut tetap memberikan dampak besar dengan berhasil mengevakuasi 15 korban di Turki dan lima korban di Myanmar.
Evaluasi terhadap pengiriman bantuan ke Turki dan Myanmar memberikan pelajaran berharga bagi BNPB. Perbaikan prosedur dan peningkatan komunikasi diplomatik diharapkan dapat mempercepat respons bantuan di masa depan. BNPB berkomitmen untuk terus meningkatkan efektivitas bantuan kemanusiaan, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Dengan langkah-langkah perbaikan yang terus dilakukan, BNPB berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam penanganan bencana di kawasan Asia Pasifik. Kecepatan dan efektivitas bantuan menjadi prioritas utama untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mengurangi dampak bencana.