BPBD Poso Bangun Posko Terpusat, Efisiensi Penanganan Gempa Poso Pasca Guncangan M 5,8
BPBD Poso akan membangun posko terpusat di Desa Masani untuk efisiensi Penanganan Gempa Poso pasca guncangan M 5,8, demi koordinasi bantuan dan mitigasi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, merencanakan langkah strategis dalam penanganan dampak gempa bumi yang melanda wilayah tersebut. Sebuah posko terpusat akan dibangun di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, sebagai pusat koordinasi seluruh upaya penanggulangan bencana. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas distribusi bantuan serta mitigasi bencana di lapangan.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Poso, Dharma Metusala, menyatakan bahwa posko bantuan ini kemungkinan besar akan dikunjungi oleh pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pembangunan posko terpusat ini merupakan respons cepat terhadap kebutuhan mendesak pasca gempa. Tujuannya adalah memastikan seluruh data korban, proses pembagian bantuan, dan kegiatan mitigasi dapat terintegrasi di satu titik.
Gempa bumi magnitudo 6,0 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 5,8 mengguncang Kabupaten Poso pada Minggu pukul 05.36 WIB. Episenter gempa terletak di laut, berjarak 13 kilometer arah barat laut Kota Poso, dengan kedalaman 10 kilometer. Guncangan ini menimbulkan kekhawatiran akan gempa susulan, yang mendorong berbagai pihak untuk segera bertindak.
Pusat Koordinasi dan Bantuan Kemanusiaan
Pembangunan posko terpusat di Desa Masani menjadi krusial untuk memastikan penanganan gempa Poso berjalan optimal. Dengan adanya posko ini, seluruh data terkait korban dan kerusakan dapat tercatat secara akurat, meminimalkan duplikasi dan kesalahan informasi. Selain itu, distribusi bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan perlengkapan darurat akan lebih terorganisir dan tepat sasaran.
Dharma Metusala menjelaskan bahwa posko ini juga akan menjadi pusat kegiatan mitigasi bencana, termasuk edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah penyelamatan diri. Saat ini, kebutuhan mendesak masyarakat terdampak meliputi tenda darurat, makanan, obat-obatan, perlengkapan bayi, dan selimut. Bahkan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso juga telah meminta bantuan tenda untuk pasien, mengantisipasi ketakutan akan gempa susulan yang mungkin terjadi.
Pusat koordinasi ini diharapkan dapat mempercepat respons tanggap darurat dan memastikan bantuan sampai kepada mereka yang paling membutuhkan. Kehadiran posko terpusat juga mempermudah koordinasi dengan berbagai lembaga dan relawan yang ingin menyalurkan bantuannya.
Sinergi Lintas Sektor dalam Tanggap Bencana
BPBD Poso tidak bekerja sendiri dalam upaya penanganan gempa ini. Rapat koordinasi telah dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), menunjukkan komitmen terhadap sinergi lintas sektor. BPBD Poso secara khusus meminta bantuan dari Sinode untuk bersinergi dalam tanggap bencana, mengingat jangkauan dan kapasitas organisasi keagamaan tersebut.
Sekretaris Umum Sinode GKST, Pendeta Jetroson Rense, menekankan pentingnya segera pembuatan dapur umum untuk mendukung tim dan relawan bencana agar dapat bekerja maksimal. Ia juga sepakat bahwa perlu adanya posko terpadu guna memastikan pendataan korban hanya melalui satu pintu, menghindari kebingungan data. Sinode GKST juga berjanji akan memberikan bantuan berupa tujuh perawat, satu mobil ambulans, dan obat-obatan dari Rumah Sakit Sinar Kasih GKST Tentena.
Kolaborasi antara pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil seperti GKST sangat vital dalam situasi darurat. Sinergi ini memastikan bahwa sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, mencakup aspek medis, logistik, hingga dukungan psikososial bagi para korban. Pendekatan terpadu ini menjadi kunci keberhasilan dalam Penanganan Gempa Poso.