BRIN: Lestarikan Pantun Nusantara di Era Digital
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memanfaatkan teknologi digital untuk melestarikan tradisi lisan Indonesia, khususnya pantun, melalui kolaborasi dan digitalisasi untuk menjaga relevansi budaya di era modern.
![BRIN: Lestarikan Pantun Nusantara di Era Digital](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/10/170147.826-brin-lestarikan-pantun-nusantara-di-era-digital-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengambil langkah inovatif dalam melestarikan warisan budaya tak benda Indonesia. Kali ini, fokusnya tertuju pada pantun, salah satu bentuk sastra lisan tertua Nusantara yang telah diakui UNESCO. BRIN memanfaatkan teknologi digital sebagai alat utama untuk menjaga eksistensi pantun di tengah perkembangan zaman yang pesat.
Melestarikan Pantun lewat Teknologi Digital
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Yogaswara, menjelaskan bahwa peran BRIN tidak hanya sebatas penelitian akademik. BRIN juga aktif mendukung pelestarian warisan budaya dengan pendekatan yang modern dan inovatif. "Sebagaimana kita ketahui, pantun merupakan bentuk sastra lisan yang tua, warisan budaya yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 20 Desember," ungkap Herry dalam seminar internasional bertajuk 'Pantun Nusantara: Strategi Kultural Merawat Warisan di Era Digital' di Jakarta.
Herry menekankan pentingnya kolaborasi antar berbagai sektor. Kerjasama ini krusial dalam mendokumentasikan dan mendigitalisasi pantun agar tetap relevan dan menarik bagi generasi muda. Ia juga menyampaikan rencana kerja sama antar unit di BRIN. "Ke depannya, kerja kolaboratif dengan unit kerja lain di BRIN, seperti misalnya dengan organisasi riset elektronik dan informatika, untuk melakukan pendokumentasian, pembuatan data raya dan korpus dapat dilakukan," tambahnya.
Relevansi Pantun di Era Modern
Mukhlis Paeni, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), turut menyoroti pentingnya menjaga relevansi pantun di era digital. Menurutnya, pantun bukan sekadar tradisi, melainkan juga alat untuk memperkuat karakter bangsa. "Hari ini kita berkumpul di sini tidak sekadar hanya mengelu-elukan penetapan pantun sebagai warisan budaya dunia. Tetapi lebih dari itu, kehadiran kita semua di sini adalah dengan penuh kesadaran untuk mencari dan menemukan jalan bagaimana pantun dapat senantiasa aktual dalam menjalankan peran dan fungsi utamanya sebagai penjaga marwah dan jati diri bangsa," tegas Mukhlis.
Mukhlis menekankan bahwa upaya pelestarian pantun haruslah berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak. Hal ini penting agar pantun tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Digitalisasi menjadi kunci untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan memperkenalkan pantun kepada generasi muda.
Langkah Konkret BRIN
BRIN tidak hanya berhenti pada wacana. Sebagai bentuk nyata komitmennya, BRIN juga berkolaborasi dengan Yayasan OBOR dalam meluncurkan buku "Metodologi Kajian Tradisi Lisan dan Bunga Rampai tentang Pantun Antarbangsa". Buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan akademik dan mendorong penelitian lebih lanjut tentang pantun. Langkah ini menunjukkan keseriusan BRIN dalam mendukung pelestarian dan pengembangan pantun di Indonesia.
Dengan memanfaatkan teknologi digital dan kolaborasi yang kuat, BRIN berupaya untuk memastikan bahwa pantun, sebagai bagian penting dari identitas budaya Indonesia, tetap lestari dan relevan untuk generasi mendatang. Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat berperan dalam menjaga dan memperkaya warisan budaya bangsa.
Seminar internasional ini menjadi wadah diskusi dan kolaborasi yang penting bagi para ahli, peneliti, dan pemerhati budaya untuk bersama-sama memikirkan strategi pelestarian pantun di era digital. Harapannya, upaya ini dapat menghasilkan solusi inovatif dan berkelanjutan dalam menjaga kekayaan budaya Indonesia.
Kesimpulan
Upaya BRIN dalam melestarikan pantun melalui pemanfaatan teknologi digital merupakan langkah yang tepat dan inovatif. Dengan kolaborasi dan strategi yang tepat, pantun dapat tetap relevan dan dinikmati oleh generasi mendatang. Inisiatif ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat jati diri bangsa Indonesia.