BRIN Temukan Spesies Gecko Baru di Jawa Timur: Cyrtodactylus pecelmadiun
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BRIN) mengumumkan penemuan spesies gecko jari lengkung baru di Jawa Timur, diberi nama Cyrtodactylus pecelmadiun, yang menghuni lingkungan perkotaan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BRIN) baru-baru ini mengumumkan penemuan spesies baru gecko jari lengkung (Cyrtodactylus) di Jawa Timur. Spesies baru ini diberi nama Cyrtodactylus pecelmadiun, sebuah nama yang terinspirasi oleh kuliner khas Jawa Timur, Pecel Madiun.
Penemuan ini diumumkan pada Selasa, 12 Maret 2024, oleh Awal Riyanto, peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN. Riyanto menjelaskan bahwa Cyrtodactylus pecelmadiun menghuni lingkungan perkotaan, seperti tanggul, jembatan, tumpukan genteng, dan kebun. Penamaan spesies ini juga mengikuti jejak penamaan spesies Cyrtodactylus sebelumnya, seperti Cyrtodactylus papeda dan Cyrtodactylus tehetehe, yang juga terinspirasi oleh kuliner Indonesia.
"Peneliti ingin memperkenalkan keragaman kuliner Indonesia melalui sains, seperti yang kami lakukan saat mendeskripsikan Cyrtodactylus papeda dari Pulau Obi (Maluku Utara) dan Cyrtodactylus tehetehe dari Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur)," ungkap Riyanto. Penemuan ini menambah kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia dan memberikan kontribusi penting bagi studi taksonomi.
Karakteristik Cyrtodactylus pecelmadiun
Secara morfologi, Cyrtodactylus pecelmadiun memiliki kulit berwarna cokelat dan kehitaman. Gecko jantan memiliki panjang moncong-kloaka hingga 67,2 mm, sedangkan betina hingga 59 mm. Spesies ini memiliki 18 hingga 20 baris tuberkel dorsal yang tidak beraturan di bagian tengah tubuhnya, 26 hingga 28 baris tuberkel antara ketiak dan selangkangan, dan 28 hingga 34 baris sisik perut.
Riyanto mencatat bahwa Cyrtodactylus pecelmadiun cenderung merupakan spesies generalis dalam pilihan habitatnya. Spesies ini ditemukan tidak lebih tinggi dari 40 cm di atas tanah di berbagai lingkungan dekat aktivitas manusia. Hal ini menunjukkan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang termodifikasi oleh manusia.
Spesies ini memiliki hubungan kekerabatan dengan Cyrtodactylus petani, dengan jarak genetik 0,1 hingga 1,6 persen. Penemuan ini menjadi bukti kedua keberadaan kelompok darmandvillei di Jawa setelah Cyrtodactylus petani, yang melimpah di wilayah Nusa Tenggara.
Genus Cyrtodactylus di Jawa
Secara umum, genus Cyrtodactylus di Jawa dikategorikan ke dalam dua kelompok utama: darmandvillei dan marmoratus. Penemuan Cyrtodactylus pecelmadiun menambah daftar spesies Cyrtodactylus di Jawa, yang masih menyimpan banyak spesies yang belum teridentifikasi sepenuhnya.
Cyrtodactylus marmoratus, yang pertama kali dideskripsikan oleh Gray pada tahun 1831, menjadi salah satu spesies yang telah lama dikenal. Spesimen awalnya dikumpulkan oleh Heinrich Kuhl dan Johan Conrad van Hasselt, dan kini disimpan di Museum Biodiversitas Naturalis di Leiden, Belanda. Penemuan-penemuan baru seperti Cyrtodactylus pecelmadiun semakin menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap keragaman hayati Indonesia yang tersembunyi.
Laporan penelitian ini telah diterbitkan pada edisi 16 Januari 2025, jurnal Zootaxa, memberikan referensi penting untuk studi taksonomi dan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Temuan ini menekankan pentingnya pelestarian habitat di daerah perkotaan untuk melindungi spesies-spesies seperti Cyrtodactylus pecelmadiun.
Dengan ditemukannya Cyrtodactylus pecelmadiun, diharapkan penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk mengidentifikasi spesies-spesies Cyrtodactylus lainnya di Indonesia dan meningkatkan pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa.