Buku 'Perlanja Sira': Jendela Sejarah Perdagangan Garam di Deli Serdang
Pemkab Deli Serdang memberikan apresiasi tinggi atas peluncuran buku 'Perlanja Sira' yang mengungkap sejarah perdagangan garam di Sumatera Utara pada abad ke-19 dan 20, memberikan wawasan berharga bagi generasi muda.

Buku "Perlanja Sira" yang baru diluncurkan telah mendapatkan apresiasi tinggi dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Buku ini mengupas sejarah perdagangan garam dari pesisir pantai Sumatera Timur menuju dataran tinggi Karo pada abad ke-19 dan ke-20. Peluncuran buku ini berlangsung di Lubuk Pakam pada Selasa, 22 April. Wakil Bupati Deli Serdang, Lom Lom Suwondo, secara langsung menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku berharga ini.
Menurut Wabup Lom Lom Suwondo, "Pemkab tentunya sangat mengapresiasi terbitnya buku tersebut. Buku tersebut merupakan sebuah kajian yang sangat dibutuhkan masyarakat Sumatera Utara." Buku ini dinilai sebagai sebuah karya penting yang memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman sejarah dan budaya daerah. Hal ini dikarenakan buku tersebut berhasil menggali informasi penting tentang aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik pada masa perdagangan garam tersebut.
Lebih lanjut, Wabup menjelaskan bahwa buku "Perlanja Sira" akan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada generasi muda tentang sejarah daerah mereka. Buku ini akan menambah khazanah pengetahuan khususnya bagi generasi muda di Karo, Deli Serdang, Medan, dan sekitarnya. Dengan memahami sejarah, generasi muda diharapkan dapat lebih menghargai dan melestarikan budaya leluhur.
Mengenal Lebih Dekat 'Perlanja Sira'
Buku "Perlanja Sira", yang berarti 'Pedagang Garam', memberikan gambaran yang komprehensif tentang jalur perdagangan garam pada masa lampau. Para pedagang garam, yang disebut 'Perlanja Sira', memainkan peran penting dalam menghubungkan daerah pesisir dengan dataran tinggi. Aktivitas perdagangan ini tidak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga pada penyebaran budaya dan akulturasi antara kedua wilayah tersebut.
Buku ini ditulis oleh tiga penulis, yaitu Suprayetno, Handoko, dan Ratna. Ketiganya telah berhasil menyusun sebuah narasi sejarah yang menarik dan informatif. Mereka berhasil mengungkap berbagai aspek kehidupan masyarakat pada masa tersebut, mulai dari sistem perdagangan, kehidupan sosial, hingga pengaruhnya terhadap perkembangan budaya.
Wabup Lom Lom Suwondo juga mengungkapkan kebahagiaannya atas peluncuran buku ini, karena beliau merupakan mantan murid dari para penulis buku tersebut. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara pemerintah daerah dengan para akademisi dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya.
Kontribusi Buku 'Perlanja Sira' bagi Deli Serdang
Buku "Perlanja Sira" diharapkan dapat membangun paradigma baru dalam pemahaman sejarah di Kabupaten Deli Serdang. Dengan memahami sejarah perdagangan garam ini, masyarakat dapat lebih menghargai proses pembangunan kota dan peradaban yang terjadi sejak awal perkembangan Kabupaten Deli Serdang.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang memberikan apresiasi yang tinggi kepada para penulis atas kontribusi mereka dalam memperkaya khazanah pengetahuan sejarah daerah. Buku ini tidak hanya bermanfaat bagi kalangan akademisi, tetapi juga bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah daerahnya.
Buku ini juga diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih giat dalam menggali dan melestarikan sejarah dan budaya daerah. Dengan memahami sejarah, generasi muda diharapkan dapat lebih bijak dalam membangun masa depan.
Secara keseluruhan, peluncuran buku "Perlanja Sira" merupakan sebuah peristiwa penting bagi Kabupaten Deli Serdang. Buku ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan sejarah dan budaya daerah, serta memberikan edukasi kepada generasi muda.