Cabai NTB: Incar Pasar Jepang dan Eropa, Petani Raup Cuan!
Cabai organik NTB sukses menarik minat pasar internasional, terutama Jepang dan Eropa, meningkatkan kesejahteraan petani dan devisa negara.

Mataram, 25 Februari 2025 - Kabar gembira datang dari Nusa Tenggara Barat (NTB)! Cabai produksi petani lokal berhasil menarik perhatian konsumen mancanegara, khususnya Jepang. Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, saat ditemui di Mataram. Kesuksesan ekspor cabai NTB ini berdampak positif pada peningkatan ekonomi petani dan devisa negara.
Minat pasar internasional terhadap cabai NTB, terutama jenis organik, semakin meningkat. Pemerintah Provinsi NTB pun mendorong para petani untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi guna memenuhi permintaan ekspor yang terus tumbuh. Tantangan utama yang dihadapi adalah menjaga kualitas dan kuantitas cabai organik agar memenuhi standar ekspor.
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah NTB gencar mengingatkan petani agar menghindari penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia. Langkah ini penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas cabai organik yang menjadi daya tarik utama bagi pasar internasional. Dengan demikian, kesejahteraan petani dapat meningkat pesat dan berkontribusi pada peningkatan devisa negara.
Ekspor Cabai NTB: Mendobrak Pasar Internasional
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) turut berperan aktif dalam mendukung ekspor cabai NTB. Pada 25 Februari 2025, LPEI menggelar kegiatan kolaborasi pendampingan Desa Devisa klaster cabai di aula KPKNL Mataram. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor pertanian, khususnya para petani cabai.
Kepala Departemen Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Nilla Meiditha, menjelaskan bahwa program Desa Devisa bertujuan untuk memberdayakan komunitas penghasil produk sejenis agar mampu melakukan ekspor. NTB sendiri telah memiliki 50 Desa Devisa khusus untuk komoditi cabai, dengan komoditi unggulan di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur.
LPEI memberikan pendampingan dan pelatihan kepada komunitas petani cabai untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan mereka. "Banyak negara butuh cabai dan saat ini yang menjadi potensi adalah Jepang dan negara-negara di Eropa," ujar Nilla Meiditha.
Sejak tahun 2023, NTB telah memiliki tiga program Desa Devisa, yaitu untuk komoditi kacang mete, kerajinan ketak, dan komoditi cabai. Program ini diharapkan dapat terus meningkatkan kesejahteraan warga NTB, terutama para petani.
Sukses Ekspor Cabai Organik NTB ke Jepang
Salah satu pelaku ekspor cabai organik NTB, PT Agro Zee An-Nur, telah membuktikan kesuksesan ekspor cabai ke Jepang sejak awal pandemi COVID-19 pada tahun 2019. Etty Suryaningsih dari PT Agro Zee An-Nur mengungkapkan, ekspor cabai organik NTB ke Jepang terus berlanjut hingga saat ini, dengan pengiriman minimal satu kontainer (sekitar 7 ton) setiap bulan.
"Ekspor kontinyu dari awal Corona sampai sekarang baru Jepang. Mereka minta cabai mentah, sedangkan Singapura minta cabai kering dan Arab Saudi minta cabai bubuk," jelas Etty Suryaningsih. Pernyataan ini menunjukkan keberagaman permintaan pasar internasional terhadap produk cabai dari NTB, mulai dari cabai mentah hingga olahannya.
Keberhasilan ekspor cabai NTB ke Jepang membuktikan potensi besar komoditi ini dalam meningkatkan perekonomian daerah dan nasional. Hal ini juga menunjukkan kualitas cabai organik NTB yang mampu bersaing di pasar internasional.
Ke depannya, pengembangan sektor pertanian di NTB, khususnya komoditi cabai, perlu terus didorong. Dukungan pemerintah dan lembaga terkait sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program ekspor dan peningkatan kesejahteraan petani.