Cakra Presisi: Optimisme MTI untuk Perilaku Berkendara yang Lebih Baik
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) optimis sistem tilang digital 'Cakra Presisi' dapat memperbaiki perilaku berkendara masyarakat Indonesia, terinspirasi dari keberhasilan sistem serupa di Eropa dan MRT Jakarta.
Jakarta, 24 Januari 2024 - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sangat optimis bahwa implementasi sistem digital 'Cakra Presisi' dapat mengubah perilaku berkendara dan bertransportasi masyarakat Indonesia. Targetnya? Tercipta ketertiban di jalan raya, menyamai standar yang diterapkan di negara-negara Eropa. Sistem ini diharapkan mampu mengatasi masalah pelanggaran lalu lintas yang selama ini marak terjadi.
Ketua Umum MTI, Tory Damantoro, menjelaskan bahwa sistem ini, khususnya Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) atau tilang elektronik, terbukti efektif. "Sebagai contoh ETLE, atau sistem tilang elektronik berbasis teknologi. Misalnya tujuh dari 10 teman Anda pernah kena ETLE dalam waktu yang berdekatan, maka semua orang yang kena itu akan berubah," ujar Tory dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta.
Meski demikian, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menentukan waktu yang dibutuhkan agar pengendara benar-benar patuh pada aturan lalu lintas. Namun, Tory mencontohkan keberhasilan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. Perubahan perilaku pengguna transportasi umum, seperti antre tertib dan penggunaan tiket elektronik, terlihat signifikan dalam waktu kurang dari enam bulan. "(Soal perilaku berkendara) Harus ada kajian. Kita pakai contoh MRT, kurang dari enam bulan perubahan sudah ada. Karena memang lingkungan dibuat sedemikian rupa, lalu ada edukasi, semua orang tahu ada sistem," tambahnya.
Selain perilaku berkendara, Tory juga menyoroti pentingnya kejelasan alokasi denda dan kelembagaan yang mengelola sistem tilang digital. "Jakarta sudah harus memikirkan kelembagaannya, jadi ETLE kelembagaannya nanti seperti apa. Agar tata kelola, pembiayaannya, revenue (pendapatan)-nya, semuanya bisa memperbaiki sistem perilaku masyarakat, dendanya ke mana," jelasnya.
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya telah resmi mengimplementasikan Cakra Presisi sejak Senin, 20 Januari 2024. Sistem ini menggantikan tilang manual, menawarkan pendekatan yang lebih modern dan efisien dalam penegakan hukum lalu lintas. Cakra Presisi terintegrasi dengan kamera ETLE yang tersebar di berbagai lokasi untuk mendeteksi pelanggaran secara otomatis.
Jika pengendara melanggar dan tertangkap kamera ETLE, sistem akan langsung mengirimkan notifikasi pelanggaran via WhatsApp. Pelanggar lalu diharuskan melakukan klarifikasi melalui situs resmi. Selain WhatsApp, SMS dan email juga digunakan sebagai saluran komunikasi. Kegagalan klarifikasi dalam batas waktu yang ditentukan akan berakibat pada pemblokiran nomor polisi kendaraan.
Dengan sistem digital ini, diharapkan transparansi dalam penegakan hukum lalu lintas meningkat. Proses tilang menjadi lebih akurat, cepat, dan minim interaksi langsung antara petugas dan pelanggar. Tory optimis, "Kalau sistemnya sudah ada, lalu semuanya jelas, semua pemangku kepentingannya tahu peran masing-masing dan tidak ada yang mempunyai kewenangan tapi tidak concerned terhadap keselamatan atau budaya berkendaraan, saya rasa bisa berjalan. Harusnya perilaku berkendara jadi lebih baik."