Cegah Malaria dengan Konsep ABCD: Kesadaran, Pencegahan Gigitan, hingga Diagnosis Tepat
Dokter spesialis penyakit dalam RSPI Sulianti Saroso, Rizka Zainuddin, menjelaskan pentingnya menerapkan konsep ABCD (Kesadaran, Pencegahan Gigitan, Kemoprofilaksis, dan Diagnostik) untuk mencegah malaria, terutama bagi mereka yang akan memasuki daerah en

Jakarta, 5 Mei 2024 (ANTARA) - Malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, masih menjadi ancaman kesehatan di Indonesia. Untuk mencegah penyakit ini, khususnya bagi mereka yang akan memasuki daerah endemis seperti Papua, Dokter spesialis penyakit dalam dari RSPI Sulianti Saroso, dr. Rizka Zainuddin, menekankan pentingnya menerapkan konsep ABCD.
Konsep ABCD ini terdiri dari Awareness (kesadaran), Bite Prevention (pencegahan gigitan), Kemoprofilaksis, dan Diagnostik. Dr. Rizka menjelaskan bahwa kesadaran akan pentingnya pencegahan malaria merupakan langkah pertama yang krusial. Pengetahuan tentang cara pencegahan dan gejala malaria sangat penting, terutama bagi mereka yang akan bepergian ke daerah endemis. Banyak yang belum familiar dengan hal ini, sehingga edukasi menjadi sangat vital.
Edukasi tersebut meliputi cara mencegah gigitan nyamuk, seperti penggunaan kelambu yang benar, mengenakan pakaian lengan panjang, dan menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Penggunaan lotion antinyamuk juga sangat dianjurkan. Hal ini penting karena belum adanya vaksin malaria, sehingga pencegahan gigitan nyamuk menjadi kunci utama.
Pencegahan Gigitan Nyamuk dan Kemoprofilaksis
Pencegahan gigitan nyamuk merupakan langkah kunci dalam mencegah malaria. Selain penggunaan kelambu dan pakaian pelindung, menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Penggunaan lotion antinyamuk juga merupakan langkah tambahan yang efektif. “Yang pertama adalah awareness. Awareness ini harus kita tanamkan, terutama untuk orang-orang yang akan memasuki daerah endemis. Mungkin dia tidak akan familiar dengan cara pencegahan, apalagi gejala dari malaria itu sendiri,” jelas dr. Rizka.
Selain pencegahan gigitan, kemoprofilaksis juga berperan penting. Kemoprofilaksis adalah penggunaan obat-obatan untuk mencegah infeksi malaria. Dr. Rizka menyebutkan azithromycin sebagai salah satu obat yang dapat digunakan. “Jadi, ada namanya azithromycin 1 tablet, diminum 1 hari sebelum keberangkatan ke daerah endemis, selama pasien di sana, misalnya selama 3 minggu, setiap hari harus minum, hingga 4 minggu setelah kepulangan kembali ke Jakarta misalnya,” jelasnya.
Penggunaan azithromycin harus sesuai dengan anjuran dokter dan dilakukan secara rutin selama berada di daerah endemis dan beberapa waktu setelahnya. Ini penting karena malaria dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, bahkan kematian. Penggunaan obat ini merupakan langkah proaktif untuk melindungi diri dari penyakit tersebut.
Diagnostik dan Perawatan Malaria
Diagnostik dini sangat penting untuk penanganan malaria yang efektif. Terdapat beberapa metode diagnostik, seperti pemeriksaan mikroskopis darah tebal dan tipis, serta rapid diagnostic test (RDT). Diagnosis yang cepat dan akurat akan memungkinkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Perawatan malaria bergantung pada jenis Plasmodium yang menginfeksi dan tingkat keparahan penyakit. Terdapat lima jenis Plasmodium, yaitu falciparum, vivax, ovale, malariae, dan knowlesi. Malaria ringan yang disebabkan oleh falciparum dan vivax dapat diobati dengan tablet, sementara malaria berat memerlukan pengobatan injeksi. “Yang terakhir adalah diagnosis dan treatment. Jadi, harus diterangkan secara sederhana ke pasien bagaimana untuk mencegah malaria, terutama jangan sampai menjadi fase berat,” kata dr. Rizka.
Malaria berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Oleh karena itu, perawatan yang tepat dan cepat sangat penting. Pasien juga perlu memastikan tetap terhidrasi untuk mengurangi gejala. Ibu hamil juga perlu mendapatkan perhatian khusus karena pilihan antimalaria yang terbatas karena banyak yang kontra indikasi pada ibu hamil.
Kesimpulannya, pencegahan malaria memerlukan pendekatan komprehensif yang meliputi kesadaran, pencegahan gigitan nyamuk, kemoprofilaksis, dan diagnostik yang tepat. Dengan menerapkan konsep ABCD, diharapkan dapat mengurangi angka kejadian malaria dan melindungi masyarakat dari penyakit yang mengancam jiwa ini.