China Tetap Bersikap Konstruktif Usai Debat Panas Trump-Vance-Zelenskyy di Gedung Putih
China menyatakan akan terus memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis Ukraina, menyusul debat panas antara Presiden AS Trump, Wakil Presiden Vance, dan Presiden Zelenskyy di Gedung Putih.

Beijing, 4 Maret 2024 - Kementerian Luar Negeri China menegaskan komitmennya untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis Ukraina, menyusul perdebatan alot antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Wakil Presiden JD Vance, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih pada Jumat (28/2).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (3/3), "Kami mengetahui perdebatan tersebut. China akan terus memainkan peran konstruktif untuk mendorong penyelesaian politik dan perdamaian dalam krisis Ukraina."
Pertemuan yang awalnya dijadwalkan untuk penandatanganan kesepakatan pengiriman mineral logam tanah jarang dari Ukraina ke AS, berujung pada perdebatan sengit. Perselisihan muncul ketika Vance menuduh Zelenskyy tidak menghargai dukungan AS, sementara Zelenskyy mempertanyakan keinginan Vance untuk bernegosiasi dengan Rusia. Ketegangan meningkat hingga Trump ikut campur, bahkan sampai terjadi kontak fisik antara Trump dan Zelenskyy.
Debat Panas di Gedung Putih: Tuduhan dan Perselisihan
Perdebatan tersebut dipicu oleh pernyataan Vance yang menuduh Zelenskyy tidak bersyukur atas bantuan AS. "Saya pikir Anda (Zelenskyy) tidak sopan datang ke Ruang Oval dan mengajukan gugatan di depan media Amerika," kata Vance. Zelenskyy membalas dengan mempertanyakan pengalaman Vance di Ukraina. Vance kemudian balik menuduh Zelenskyy melakukan tur propaganda, yang kemudian memicu reaksi keras dari Trump.
Trump, yang tampak membela Vance, menyatakan, "Anda bertaruh dengan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini." Trump bahkan menepis lengan Zelenskyy saat keduanya saling potong pembicaraan. Setelah perdebatan tersebut, Trump menulis di akun Truth Social bahwa Zelenskyy dapat "kembali ketika dia siap untuk perdamaian."
Puncaknya, Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih dan upacara penandatanganan kesepakatan dibatalkan. Insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan hubungan AS-Ukraina dan upaya perdamaian di Ukraina.
Sikap China: Mendukung Penyelesaian Damai
Menanggapi insiden tersebut, Lin Jian menekankan bahwa China tidak terlibat dalam krisis Ukraina dan mendukung upaya penyelesaian damai. "China tidak memulai krisis Ukraina, dan juga tidak menjadi pihak di dalamnya. Kami mendukung semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai," tegas Lin Jian. Ia juga berharap semua pihak dapat menemukan solusi berkelanjutan yang mempertimbangkan kepentingan masing-masing.
Pernyataan China ini menunjukkan sikap netral namun tetap berupaya mendorong penyelesaian damai di Ukraina. Sikap ini berbeda dengan beberapa negara lain yang secara terang-terangan mendukung salah satu pihak yang bertikai.
Respons Zelenskyy dan Upaya Perdamaian Eropa
Setelah insiden di Gedung Putih, Zelenskyy menghadiri KTT para pemimpin Eropa di London. Ia menyatakan bahwa Eropa bersatu dalam mewujudkan perdamaian sejati dan jaminan keamanan bagi Ukraina. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, juga mengumumkan rencana pembentukan koalisi negara-negara yang bersedia mencapai perdamaian di Ukraina.
Pernyataan Zelenskyy dan inisiatif Inggris menunjukkan adanya upaya internasional untuk mendorong perdamaian di Ukraina, meskipun perdebatan di Gedung Putih menimbulkan tantangan baru bagi upaya tersebut.
Ke depan, peran China sebagai mediator potensial dalam konflik Ukraina akan terus menjadi sorotan. Sikap netral namun konstruktif yang dipegang China diharapkan dapat berkontribusi pada upaya perdamaian yang lebih luas.