Dari Limbah Sabut Kelapa Menjadi Kerajinan Bernilai Ekspor
Rusni Febrianti, seorang perempuan di Penajam Paser Utara, sukses mengubah limbah sabut kelapa menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi tinggi, bahkan dilirik pasar internasional, berkat kerja keras dan dukungan berbagai pihak.

Siapa, apa, kapan, di mana? Rusni Febrianti, seorang perempuan dari Kelurahan Saloloang, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sejak 2016 telah berinovasi mengubah limbah sabut kelapa menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi. Usaha ini berawal dari keprihatinannya melihat melimpahnya sabut kelapa yang hanya dianggap sebagai limbah. Kini, melalui Koperasi Kriya Inovasi Mandara (KIM) yang ia dirikan, produk-produknya telah menembus pasar regional dan nasional, bahkan dilirik pasar internasional.
Transformasi Limbah Menjadi Emas
Mengapa Rusni tergerak melakukan ini? Melihat potensi sabut kelapa yang terbuang sia-sia, hanya diolah menjadi cocopeat dan cocofiber dengan harga jual rendah, mendorongnya mencari alternatif pemanfaatan yang lebih bernilai. Berbekal pengetahuan dari internet dan YouTube, ia memulai eksperimennya, menghasilkan produk pertama berupa pot bunga. Bagaimana ia melakukannya? Ia belajar secara otodidak, terus berkreasi, dan mengajak ibu-ibu rumah tangga lainnya, khususnya para orang tua tunggal, untuk bergabung dalam koperasinya.
Koperasi KIM bukan hanya wadah produksi, tetapi juga tempat berbagi ilmu dan pengalaman. Rusni secara konsisten memberikan pelatihan kepada anggota koperasi, meningkatkan keterampilan mereka dalam mengolah sabut kelapa menjadi berbagai produk. Awalnya, produksi masih terbatas pada pot bunga, namun kini telah berkembang pesat.
Dukungan dan Pertumbuhan Koperasi KIM
Perjuangan Rusni dan Koperasi KIM menarik perhatian Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) yang menjadikan mereka sebagai mitra binaan pada 2021. Dukungan PHKT berupa bantuan mesin pengolah sabut kelapa, pelatihan, dan studi banding, sangat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk. Mesin-mesin seperti pencacah, press, cocobristle, dan pemintal tali, memungkinkan Koperasi KIM memproduksi lebih dari 50 jenis kerajinan, mulai dari tas, karpet, keset, hingga sandal dan sepatu.
Kesuksesan Koperasi KIM juga tak lepas dari dukungan pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) yang memberikan bantuan dan menjadikan Koperasi KIM sebagai UMKM unggulan. Partisipasi dalam berbagai pameran regional dan nasional juga membuka peluang pasar yang lebih luas.
Tantangan dan Harapan
Meskipun telah mencapai banyak kemajuan, Koperasi KIM masih menghadapi tantangan. Produksi masih berdasarkan pesanan, dan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) menghambat produksi massal. Rusni berharap dapat mengembangkan pasar daring dan memperluas jangkauan pemasaran, termasuk ke pasar internasional. Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana, menjadikan produk-produk Koperasi KIM sebagai produk ramah lingkungan.
Prestasi Koperasi KIM telah diakui lewat berbagai penghargaan, termasuk penghargaan varian produk terbanyak dari sabut kelapa dan penghargaan produk berbasis lingkungan. Kisah sukses Rusni Febrianti dan Koperasi KIM menginspirasi dan menunjukkan bahwa dengan kreativitas, kegigihan, dan dukungan yang tepat, limbah dapat diubah menjadi sumber penghasilan dan peluang ekonomi yang menjanjikan.
Keberhasilan ini juga membuktikan bahwa UMKM, khususnya di daerah, memiliki potensi besar untuk berkembang dan berkontribusi pada perekonomian nasional. Dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat penting untuk mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan usaha-usaha seperti Koperasi KIM.