UMKM Perempuan Aceh Besar Sukses Kembangkan Briket Ampas Kopi: Inovasi yang Berdaya Saing Global
UMKM perempuan di Aceh Besar berinovasi dengan memproduksi briket ramah lingkungan dari ampas kopi, membuka peluang pasar domestik dan ekspor serta meningkatkan perekonomian lokal.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? UMKM perempuan di Gampong Lamkeunung, Aceh Besar, telah berhasil memproduksi briket dari ampas kopi sejak tiga bulan terakhir. Inisiatif ini bermula dari pelatihan yang diberikan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK). Mereka tergerak untuk memanfaatkan limbah ampas kopi yang melimpah menjadi produk bernilai ekonomi, sekaligus mengurangi sampah. Saat ini, 12 ibu rumah tangga telah bergabung dalam usaha ini, yang diberi nama Briket LK Coffee, di bawah bimbingan BUMG Lamkeunung. Proses produksi, mulai dari pengumpulan ampas kopi hingga pencetakan briket, dilakukan secara manual, meskipun rencana pengembangan mesin sedang berjalan.
Usaha ini tidak hanya memberdayakan perempuan di pedesaan, tetapi juga memberikan solusi inovatif untuk pengelolaan limbah kopi. Briket ampas kopi ini memiliki potensi pasar yang besar, baik di dalam maupun luar negeri, mengingat minimnya kompetitor dan keunikan produk ini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, semakin memperkuat langkah UMKM ini menuju kesuksesan.
Keberhasilan UMKM ini menunjukkan bagaimana kreativitas dan inovasi dapat mengubah limbah menjadi sumber pendapatan dan membuka peluang ekonomi baru. Dengan dukungan teknologi dan pemasaran yang tepat, Briket LK Coffee berpotensi menjadi produk unggulan Aceh Besar, bahkan Indonesia, di pasar internasional.
Dari Pelatihan hingga Produksi Briket LK Coffee
Berawal dari pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa USK, para perempuan di Gampong Lamkeunung kini mampu memproduksi briket dari ampas kopi. Mereka mengumpulkan ampas kopi dari warung-warung kopi sekitar desa, kemudian menjemurnya hingga kering, menyangrai, dan menumbuknya hingga halus. Proses selanjutnya adalah mencampur ampas kopi dengan lem kanji dari tepung tapioka, lalu mencetaknya menggunakan alat sederhana berupa dongkrak mobil. Meskipun prosesnya masih manual, mereka mampu menghasilkan 30-35 briket dari satu kilogram ampas kopi.
Proses produksi yang masih manual ini, tentu saja, membatasi kapasitas produksi. Namun, semangat para perempuan ini patut diacungi jempol. Mereka telah membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, mereka mampu menciptakan produk yang inovatif dan bernilai ekonomi.
BUMG Lamkeunung, sebagai pembina, sedang berupaya meningkatkan produktivitas dengan merakit peralatan mesin untuk pembuatan briket. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat.
Saat ini, pemasaran Briket LK Coffee masih terbatas pada pemesanan. Namun, dengan rencana penggunaan mesin dan dukungan dari berbagai pihak, mereka optimis dapat memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor.
Dukungan Bea Cukai dan Potensi Pasar Ekspor
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh memberikan asistensi kepada UMKM ini sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan usaha mikro kecil dan menengah. Asistensi ini meliputi bimbingan dalam produksi dan pemasaran, sejalan dengan fungsi Bea Cukai sebagai industrial assistance.
Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, Muparrih, menilai briket ampas kopi ini sebagai produk unik dan berpotensi besar. Melimpahnya bahan baku ampas kopi di Aceh dan minimnya kompetitor menjadi keunggulan tersendiri.
Dengan pengembangan usaha ini, diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Pihak Bea Cukai juga tengah menjajaki peluang pasar ekspor untuk Briket LK Coffee, membuka jalan bagi produk lokal Aceh untuk bersaing di kancah internasional.
Briket LK Coffee tidak hanya menawarkan produk ramah lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada pemberdayaan perempuan dan peningkatan ekonomi lokal. Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa potensi ekonomi dapat digali dari sumber daya yang terkesan sederhana, bahkan dari limbah sekalipun. Dengan dukungan berkelanjutan, UMKM ini berpotensi menjadi contoh sukses bagi UMKM lainnya di Indonesia.