Diplomasi Prabowo: Membangun Jaringan 'Tetangga Baik' untuk Indonesia
Presiden Prabowo Subianto membangun diplomasi 'tetangga baik' dengan berbagai negara, memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia di kancah internasional.

Presiden Prabowo Subianto telah menjalankan diplomasi luar negeri yang ia sebut sebagai 'tetangga yang baik', bukan hanya untuk negara-negara Asia Tenggara, tetapi juga seluruh dunia. Hal ini dimulai bahkan sebelum ia menjabat sebagai Presiden, ketika ia masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Prabowo, yang menjadikan Presiden Soekarno sebagai panutan, melanjutkan tradisi politik luar negeri bebas aktif dan Gerakan Non-Blok, menekankan pentingnya hubungan baik dengan semua negara tanpa berpihak pada aliansi tertentu. Kunjungan-kunjungan kenegaraan yang dilakukannya sebelum dan sesudah pelantikan, menjadi bukti nyata komitmen ini.
Gagasan 'tetangga yang baik' ini dipraktikkan Prabowo tidak hanya dalam konteks hubungan antar negara, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ia melihat pentingnya hubungan baik dengan sesama, seperti halnya dengan tetangga yang selalu siap membantu di saat kesulitan. Filosofi ini menjadi landasan dalam setiap langkah diplomasi yang ia lakukan.
Setelah dilantik sebagai Presiden ke-8 RI pada 20 Oktober 2024, Prabowo telah melakukan kunjungan kenegaraan ke berbagai negara, termasuk China, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris, Mesir, India, Malaysia, Uni Emirat Arab, Turki, Qatar, dan Yordania. Kunjungan-kunjungan ini bertujuan memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia di dunia internasional.
Membangun Kedekatan Personal dengan Pemimpin Dunia
Kunjungan-kunjungan Presiden Prabowo tidak sekadar kunjungan resmi negara. Ia berhasil membangun kedekatan personal dengan para pemimpin dunia, menciptakan hubungan yang lebih dari sekadar hubungan antar negara. Contohnya, sambutan hangat dari Perdana Menteri India Narendra Modi, yang terlihat dalam gestur persahabatan yang hangat, bahkan hingga saling memanggil "brother" (saudara).
Kedekatan serupa juga terlihat dalam hubungannya dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang disebut sebagai sahabat setia oleh Anwar sendiri. Persahabatan mereka telah terjalin lama, bahkan sejak Anwar mendekam di penjara. Hubungan ini menunjukkan kekuatan persahabatan yang melampaui perbedaan politik.
Presiden Prabowo juga menunjukkan kedekatan personal yang istimewa dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Penyambutan kenegaraan yang diberikan Prabowo kepada Erdogan di Indonesia sangat meriah dan berkesan bagi Erdogan, bahkan membuatnya terharu. "Saya bahkan bertanya-tanya apakah dalam perjalanan politik saya ke depan, saya akan melihat pemandangan seperti ini lagi. Saya tidak tahu," kata Erdogan takjub.
Momen yang tak kalah berkesan adalah sambutan hangat dari Raja Yordania Abdullah II bin Al-Hussein. Raja Abdullah II bahkan menjemput Prabowo langsung di tangga pesawat dan mengantarnya ke hotel dengan mengemudi sendiri. "Saya memiliki persahabatan yang telah terjalin selama berpuluh-puluh tahun sejak kita masih menjadi prajurit muda, dan itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya lupakan," kata Raja Yordania.
Diplomasi 'Tetangga Baik' dan Perdamaian Dunia
Kedekatan personal yang dibangun Presiden Prabowo dengan para pemimpin dunia ini bukan tanpa tujuan. Hal ini merupakan bagian dari strategi diplomasi untuk menjaga perdamaian dunia, terutama di tengah kondisi geopolitik yang kompleks. Prabowo selalu menekankan filosofi "Seribu Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak."
Hubungan baik antarpemimpin negara menjadi modal penting bagi Indonesia dalam hubungan luar negeri. Seperti yang disampaikan Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Philips J. Vermonte, hubungan ini akan sangat bermanfaat ketika Indonesia membutuhkan bantuan dari negara lain. Ungkapan "friend in need is a friend indeed" menjadi sangat relevan dalam konteks ini.
Contohnya, kebijakan tarif resiprokal yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat di masa lalu telah menunjukkan pentingnya komunikasi dan negosiasi antar negara untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan stabilitas politik. Diplomasi 'tetangga yang baik' menjadi modal penting bagi Indonesia dalam menyusun strategi ekonomi di masa depan.
Dengan membangun hubungan yang kuat dan personal dengan para pemimpin dunia, Presiden Prabowo tidak hanya menjalankan diplomasi 'tetangga yang baik', tetapi juga membangun jaringan persahabatan yang solid untuk kepentingan Indonesia di kancah internasional. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk menjaga perdamaian dunia dan memperkuat posisi Indonesia di dunia.