DPR Ingatkan: Study Tour Harus Berorientasi Pendidikan, Bukan Sekadar Rekreasi!
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengingatkan pentingnya study tour berorientasi pendidikan, bukan sekadar wisata, dan meminta sekolah merancang kegiatan dengan matang, memperhatikan keselamatan siswa, serta tidak mengganggu kegiatan bela

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyoroti maraknya study tour yang lebih berorientasi pada rekreasi daripada pendidikan. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada Selasa, 25 Maret, menanggapi beberapa larangan study tour dari pemerintah daerah, termasuk di Jawa Barat. Beliau menekankan pentingnya mengembalikan esensi study tour sebagai sarana pembelajaran yang efektif bagi siswa.
Menurut Lalu Hadrian Irfani, tujuan utama study tour adalah meningkatkan pengalaman belajar siswa secara langsung. Bukan hanya sekedar mengunjungi tempat wisata, namun juga berinteraksi dengan para ahli di bidangnya untuk pemahaman yang lebih mendalam. Beliau menyayangkan banyaknya study tour yang hanya berfokus pada aspek wisata, sehingga tujuan pendidikannya menjadi terabaikan. "Kalau hanya berwisata, maka study tour sudah keluar dari tujuan awalnya. Esensinya hilang," tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan study tour yang semata-mata hanya untuk rekreasi sama saja menghilangkan esensi utama kegiatan tersebut. Oleh karena itu, ia mendesak agar pihak sekolah lebih cermat dalam perencanaan study tour, memastikan tujuannya relevan dengan kurikulum dan proses pembelajaran, serta mewajibkan siswa membuat laporan sebagai bentuk evaluasi.
Pentingnya Perencanaan dan Keselamatan dalam Study Tour
Lalu Hadrian Irfani memberikan beberapa poin penting yang harus diperhatikan sekolah dalam menyelenggarakan study tour. Pertama, perencanaan yang matang sangat krusial. Sekolah harus menentukan tujuan study tour yang relevan dengan materi pelajaran dan memastikan adanya proses pembelajaran yang terstruktur selama kegiatan berlangsung. Siswa juga perlu dilibatkan aktif dalam proses perencanaan agar mereka memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab.
Kedua, frekuensi pelaksanaan study tour harus dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Study tour yang terlalu sering dapat mengganggu jadwal pelajaran dan mengurangi waktu belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan antara kegiatan ekstrakurikuler seperti study tour dengan kegiatan belajar di sekolah.
Ketiga, aspek keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama. Sekolah wajib memilih perusahaan transportasi yang terpercaya dan memastikan kendaraan yang digunakan dalam kondisi layak jalan. "Jangan gunakan kendaraan yang tidak layak jalan. Pilih perusahaan transportasi yang profesional, karena ini menyangkut keselamatan siswa," tegas Lalu.
Menanggapi Larangan Study Tour dari Pemerintah Daerah
Pernyataan Lalu Hadrian Irfani ini juga sebagai tanggapan atas beberapa larangan study tour yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Salah satu contohnya adalah surat edaran dari Gubernur Jawa Barat yang melarang pelaksanaan karyawisata atau study tour di wilayahnya, termasuk di Cianjur. Larangan ini kemungkinan besar dilatarbelakangi oleh beberapa kasus study tour yang kurang terencana dan berdampak negatif.
Meskipun demikian, Lalu menekankan bahwa larangan tersebut bukan berarti study tour harus dihentikan sepenuhnya. Justru, hal ini menjadi momentum untuk mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan study tour agar lebih berorientasi pada pendidikan dan pembelajaran. Sekolah perlu belajar dari kesalahan masa lalu dan memastikan study tour yang mereka selenggarakan benar-benar bermanfaat bagi siswa.
Dengan demikian, study tour yang baik harus terencana dengan matang, berorientasi pada pendidikan, memperhatikan aspek keselamatan siswa, dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini penting untuk memastikan bahwa study tour memberikan manfaat optimal bagi perkembangan siswa, baik dari segi pengetahuan maupun pengalaman.
Sekolah perlu memastikan bahwa setiap study tour memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, metode pembelajaran yang efektif, dan evaluasi yang terukur. Dengan demikian, study tour tidak hanya menjadi kegiatan rekreasi semata, tetapi juga menjadi bagian integral dari proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.