Study Tour: Antara Manfaat Edukasi dan Risiko Keselamatan
Pro dan kontra study tour di Indonesia mengemuka; perlunya solusi untuk menyeimbangkan manfaat edukasi dengan aspek keselamatan dan biaya.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Sejumlah pemerintah daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat dan Banten, baru-baru ini melarang study tour siswa sekolah. Larangan ini muncul setelah beberapa kecelakaan yang melibatkan rombongan siswa, menimbulkan kekhawatiran orang tua dan sekolah terkait keselamatan. Kebijakan ini memicu perdebatan nasional tentang manfaat dan risiko study tour, khususnya terkait biaya dan efektivitas pembelajaran. Pemerintah pusat, DPR, pelaku industri pariwisata, dan pengamat pendidikan pun turut menyuarakan pendapatnya.
Perdebatan ini muncul karena study tour, meskipun menawarkan pengalaman belajar di luar kelas, juga menimbulkan tantangan. Biaya yang tinggi menjadi beban bagi banyak keluarga, sementara risiko kecelakaan transportasi mengancam keselamatan siswa. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang dapat menyeimbangkan manfaat edukasi dengan aspek keselamatan dan aksesibilitas bagi seluruh siswa.
Artikel ini akan membahas berbagai perspektif terkait study tour, mulai dari manfaatnya bagi pengembangan siswa hingga tantangan yang dihadapi, serta mencari solusi untuk memastikan kegiatan ini tetap bernilai edukatif tanpa mengorbankan keselamatan dan keadilan.
Manfaat Study Tour: Lebih dari Sekadar Rekreasi
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyatakan bahwa "Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar langsung yang tidak bisa didapatkan melalui buku atau materi pembelajaran saja." Study tour, menurutnya, memberikan kesempatan siswa untuk memahami konsep pelajaran secara lebih mendalam dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, museum, atau destinasi edukasi lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti komunikasi dan kerja sama.
Pandangan senada disampaikan oleh pengamat pendidikan, Ina Liem. Ia menekankan bahwa study tour merupakan metode belajar efektif, khususnya bagi siswa dengan kepribadian 'openness to experience'. Dengan melibatkan seluruh pancaindra, siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan lebih baik. Ina juga mengingatkan pentingnya melihat permasalahan study tour secara menyeluruh agar regulasi dan pengawasan tepat sasaran.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, juga menegaskan bahwa pemerintah tidak melarang study tour, tetapi menekankan pentingnya aspek keamanan. Sekolah harus memastikan keamanan transportasi, memilih sopir yang bertanggung jawab, dan mengawasi siswa selama perjalanan.
Risiko dan Tantangan Study Tour
Beberapa pemerintah daerah melarang study tour karena kekhawatiran akan keselamatan siswa dan efektivitas pembelajaran. Kecelakaan yang melibatkan rombongan siswa menjadi salah satu alasan utama larangan tersebut. Selain itu, biaya study tour yang tinggi seringkali menjadi beban bagi keluarga, memicu pertanyaan tentang urgensi kegiatan ini dalam sistem pendidikan.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Hariyadi Sukamdani, menilai bahwa jika keselamatan menjadi perhatian utama, yang perlu diperbaiki adalah aspek transportasi, bukan melarang kegiatan wisata sekolah secara keseluruhan. Ia meminta pemerintah daerah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan larangan tersebut.
Sekretaris Jenderal DPP Organda, Ateng Aryono, menyoroti praktik beberapa operator angkutan yang mengabaikan standar keselamatan demi menekan biaya. Ia menekankan pentingnya pengawasan yang ketat dari lembaga pemberi izin terhadap operator angkutan pariwisata, agar keselamatan menjadi bagian dari budaya operasional.
Mencari Solusi yang Berimbang
Di tengah pro dan kontra, diperlukan solusi yang dapat mengakomodasi semua kepentingan. Sekolah perlu memastikan destinasi yang dipilih memiliki nilai edukatif yang sesuai kurikulum. Alternatif destinasi yang lebih dekat dan terjangkau juga perlu dipertimbangkan. Dukungan pemerintah dan sektor swasta dapat membantu memberikan subsidi bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
Aspek keselamatan harus menjadi prioritas utama. Pemilihan transportasi harus selektif, hanya menggunakan jasa yang terverifikasi keamanannya. Pendampingan yang memadai dan prosedur keselamatan yang ketat selama perjalanan juga sangat penting. Dengan perencanaan matang dan pengawasan ketat, study tour dapat menjadi bagian bernilai dari sistem pendidikan, menyeimbangkan edukasi dan rekreasi tanpa mengorbankan keselamatan dan aksesibilitas.
Permasalahan utama bukan pada study tour itu sendiri, melainkan pada pengelolaannya. Adanya oknum yang menjadikan study tour sebagai 'proyek' untuk keuntungan materi, mengaburkan esensi edukatifnya, dan menyebabkan biaya operasional yang mahal, perlu diatasi. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana study tour sangat penting untuk memastikan kegiatan ini tetap bermanfaat dan terjangkau.