Era Baru Komunikasi Kepresidenan: Belajar dari Soeharto hingga SBY?
Analis menyarankan Presiden Prabowo mencontoh kepemimpinan komunikasi Presiden terdahulu, mulai dari Soeharto hingga SBY, dalam memilih Kepala PCO yang baru.

Jakarta, 02 Mei 2025 - Pergantian Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) pasca pengunduran diri Hasan Nasbi, membuka babak baru dalam komunikasi publik pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Analis komunikasi politik, Hendri Satrio, menyoroti pentingnya pemilihan sosok yang tepat untuk mengisi posisi tersebut, bahkan menyarankan agar pemerintahan saat ini mencontoh strategi komunikasi yang diterapkan oleh presiden-presiden sebelumnya.
Menurut Hendri, pemilihan Kepala PCO tak bisa dilakukan secara sembarangan. Ia menekankan perlunya figur yang mumpuni di bidang komunikasi, mampu membangun citra positif pemerintah, dan menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien. Pengalaman para pemimpin sebelumnya dapat menjadi rujukan yang berharga dalam menentukan kriteria ideal calon Kepala PCO.
Pengunduran diri Hasan Nasbi sendiri telah diterima oleh Presiden Prabowo Subianto, namun keputusan resmi terkait penggantinya masih dalam proses pengkajian. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menyatakan bahwa Presiden masih mempelajari permohonan pengunduran diri tersebut secara mendalam sebelum mengambil keputusan lebih lanjut.
Mencontoh Strategi Komunikasi Presiden Sebelumnya
Hendri Satrio memaparkan sejumlah contoh kepemimpinan komunikasi dari presiden-presiden terdahulu. Pada era Presiden Soeharto, figur-figur seperti Moerdiono dan Harmoko, yang merupakan orang kepercayaan Presiden, berperan penting sebagai juru bicara pemerintah. Keduanya memiliki akses langsung kepada Presiden dan mampu menyampaikan pesan-pesan pemerintah secara efektif.
Di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wimar Witoelar dan Adhie Massardi mengemban tugas sebagai juru bicara. Keduanya dikenal sebagai tokoh komunikasi yang berpengalaman dan memiliki reputasi yang baik. Sementara itu, pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Julian Aldrin Pasha dan Andi Mallarangeng menjadi juru bicara kepresidenan, menunjukkan keberagaman figur yang digunakan.
"Di zaman Jokowi, ada Johan Budi," tambah Hendri, menunjukkan bahwa setiap presiden memiliki pendekatan berbeda dalam memilih juru bicara, namun tetap menekankan pentingnya keahlian komunikasi yang mumpuni.
Keahlian Komunikasi: Kunci Sukses Kepala PCO
Hendri menekankan pentingnya keahlian komunikasi sebagai faktor kunci dalam memilih Kepala PCO. Sosok yang terpilih harus mampu membangun hubungan baik dengan media, menyampaikan informasi secara akurat dan transparan, serta mengelola citra pemerintah secara efektif. Ia juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan media sosial yang dinamis.
Dengan memperhatikan pengalaman para pemimpin sebelumnya, Hendri berharap Presiden Prabowo dapat memilih Kepala PCO yang tepat dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini penting untuk memastikan komunikasi publik pemerintah berjalan efektif dan terhindar dari kesalahpahaman atau informasi yang menyesatkan.
Pengalaman para juru bicara presiden sebelumnya menunjukkan keberagaman pendekatan, namun kesamaan yang menonjol adalah keahlian komunikasi yang mumpuni. Semoga pemilihan Kepala PCO yang baru dapat mempertimbangkan hal ini sebagai prioritas utama.
Kesimpulan
Pemilihan Kepala PCO yang baru menjadi momentum penting bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dengan mencontoh strategi komunikasi para pemimpin sebelumnya, sembari tetap berinovasi dan beradaptasi dengan konteks saat ini, diharapkan komunikasi publik pemerintahan dapat berjalan efektif dan transparan.