Fakta: Dua Menteri Berkolaborasi Tingkatkan Keselamatan Destinasi Wisata dan Konservasi Alam
Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata berkolaborasi strategis tingkatkan keselamatan destinasi wisata dan konservasi alam, menyusul insiden Rinjani. Apa langkah konkretnya?

Dua kementerian strategis di Indonesia, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pariwisata, baru-baru ini menjalin kerja sama erat. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat upaya konservasi alam sekaligus meningkatkan standar keselamatan bagi pengunjung di berbagai destinasi wisata. Inisiatif penting ini muncul sebagai respons langsung terhadap insiden yang terjadi di Gunung Rinjani, menunjukkan komitmen pemerintah terhadap keamanan dan keberlanjutan sektor pariwisata.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, dan Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, bertemu di Jakarta pada Selasa (29/7) untuk membahas langkah-langkah konkret. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membentuk tim kerja gabungan. Tim ini akan fokus pada perbaikan manajemen pendakian dan pengembangan prosedur operasi standar (SOP) yang lebih baik untuk destinasi wisata alam.
Langkah-langkah yang disepakati diharapkan dapat mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan. Fokus utama adalah pada penerapan sistem kuota pengunjung dan peningkatan peringkat kesulitan jalur pendakian. Ini merupakan bagian dari visi yang lebih luas untuk memastikan pariwisata Indonesia tidak hanya menarik tetapi juga aman dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Peningkatan Keselamatan dan Manajemen Risiko
Insiden di Gunung Rinjani menjadi pengingat penting bagi semua pihak mengenai urgensi intervensi lintas sektor. Menteri Wardhana menegaskan dukungan penuhnya terhadap penguatan langkah-langkah keselamatan dan manajemen risiko di seluruh destinasi wisata. Pembentukan tim kerja gabungan menjadi prioritas utama untuk segera merumuskan dan mengimplementasikan standar keselamatan yang lebih tinggi.
Menteri Antoni menambahkan bahwa kolaborasi ini akan mencakup peninjauan ulang manajemen pendakian secara menyeluruh. Hal ini meliputi penerapan sistem kuota yang lebih ketat untuk mengontrol jumlah pengunjung. Selain itu, penetapan peringkat kesulitan jalur pendakian akan membantu wisatawan memilih rute yang sesuai dengan kemampuan mereka, sehingga mengurangi risiko kecelakaan.
Pengembangan SOP yang lebih komprehensif juga menjadi fokus utama. SOP ini tidak hanya akan mengatur aspek teknis pendakian tetapi juga mencakup prosedur darurat dan respons cepat terhadap insiden. Harapannya, dengan SOP yang jelas dan terstruktur, pengalaman berwisata di alam akan menjadi lebih aman dan terkontrol.
Sinergi Konservasi dan Pengembangan Ekowisata
Selain fokus pada keselamatan, kedua menteri juga menekankan hubungan erat antara konservasi alam dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Menteri Wardhana menyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan tidak mungkin terwujud tanpa perlindungan alam yang kuat. Sinergi antara konservasi dan pariwisata menjadi kunci bagi masa depan sektor pariwisata Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas pula pemanfaatan hibah sebesar 4,7 juta dolar AS dari Zayed Foundation. Hibah ini akan digunakan untuk mendukung konservasi komodo dan area di sekitar Taman Nasional Komodo. Dana ini diharapkan menjadi katalis signifikan dalam meningkatkan perlindungan spesies langka sekaligus mendukung pengembangan pariwisata alam berbasis konservasi.
Menteri Antoni menegaskan bahwa pariwisata alam Indonesia harus mengikuti prinsip-prinsip ekowisata, bukan pariwisata massal. Ekowisata harus mengandung nilai-nilai edukasi dan budaya yang kuat. Penting untuk menemukan titik temu antara konservasi dan pariwisata yang bertanggung jawab, menghindari fenomena FOMO (fear of missing out) yang seringkali mendorong pariwisata yang tidak berkelanjutan.