FPRB NTT Berdayakan Warga Marginal dengan Edukasi Pertanian Cerdas Iklim
Forum Pengurangan Risiko Bencana NTT memberdayakan 11 KK warga marginal di Kupang melalui edukasi dan pelatihan pertanian cerdas iklim untuk meningkatkan pendapatan dan adaptasi perubahan iklim.

Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), 7 Maret 2024 (ANTARA) - Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur (FPRB NTT) telah memberdayakan warga marginal di Kota Kupang melalui program edukasi pertanian cerdas iklim. Program ini menyasar sebelas kepala keluarga (KK) yang bekerja sebagai pengepul sampah, sisa makanan, dan pekerjaan serabutan lainnya di RT 25 RW 10, Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak. Inisiatif ini menjawab pertanyaan apa yang dilakukan, siapa yang terlibat, di mana kegiatan berlangsung, kapan kegiatan dilaksanakan, mengapa program ini penting, dan bagaimana program ini dijalankan.
FPRB NTT, berkolaborasi dengan pemerintah setempat, mengajarkan warga untuk menerapkan sistem pertanian cerdas iklim yang memperhatikan adaptasi terhadap perubahan iklim. Program ini bukan hanya sekadar pelatihan, tetapi juga upaya nyata untuk meningkatkan taraf hidup warga marginal yang selama ini mengandalkan penghasilan tidak menentu.
Melalui program ini, warga dilatih untuk mengoptimalkan lahan yang ada. Mereka diajarkan bagaimana mengubah lahan tidur seluas 50 x 25 meter menjadi ladang sayur organik dengan sistem pertanian cerdas iklim. Lebih lanjut, mereka juga dilatih mengolah lahan berbatu menjadi bedeng sayur organik dengan sistem irigasi tetes, sebuah inovasi yang sangat penting di daerah dengan kondisi lahan yang menantang.
Pemanfaatan Lahan Tidur Menjadi Ladang Produktif
Program edukasi ini tidak hanya sebatas teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan. Warga secara aktif dilibatkan dalam setiap tahapan, mulai dari persiapan lahan hingga panen. Hal ini memastikan mereka benar-benar menguasai teknik pertanian cerdas iklim yang diajarkan.
Dengan pendampingan intensif dari FPRB NTT dan pemerintah setempat, warga mampu mengubah lahan yang sebelumnya tidak produktif menjadi sumber penghasilan baru. Ini merupakan bukti nyata bahwa dengan pengetahuan dan pelatihan yang tepat, warga marginal pun dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Ketua FPRB NTT, Norman Riwu Kaho, yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, menjelaskan, "Mereka diedukasi lewat ilustrasi pengolahan pertanian cerdas iklim yang mampu memberikan kontinuitas tambahan pendapatan harian." Pelatihan ini menekankan pentingnya pertanian yang produktif, meningkatkan pendapatan, dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Kelompok Tani Mandiri Tangguh 25 dan Implementasi Pertanian Cerdas Iklim
Para warga yang mengikuti program ini tergabung dalam Kelompok Tani Mandiri Tangguh 25. Pembentukan kelompok tani ini bertujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan dan memudahkan proses pembelajaran dan pendampingan. Dengan adanya kelompok tani, diharapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dibagikan dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Peluncuran demplot pertanian cerdas iklim menjadi momentum penting bagi Kelompok Tani Mandiri Tangguh 25. Demplot ini berfungsi sebagai contoh nyata penerapan pertanian cerdas iklim, yang dapat ditiru dan dikembangkan oleh kelompok tani lainnya. Keberhasilan demplot ini diharapkan dapat menginspirasi warga lainnya untuk beralih ke pertanian cerdas iklim.
Norman Riwu Kaho mengingatkan pentingnya penerapan pilar pertanian cerdas iklim yang produktif, mampu meningkatkan pendapatan, dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan program dan peningkatan kesejahteraan warga secara berkelanjutan.
Program ini menunjukkan komitmen FPRB NTT dalam mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya warga marginal. Dengan memberdayakan masyarakat melalui edukasi dan pelatihan, FPRB NTT telah memberikan solusi yang berkelanjutan dan efektif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.