NTB Klasterisasi Lahan Pertanian: Optimalkan Potensi Desa, Tingkatkan Produktivitas
Pemerintah NTB menginisiasi klasterisasi lahan pertanian berbasis potensi desa untuk mengoptimalkan pengelolaan dan meningkatkan produktivitas pertanian, mengatasi penurunan produksi padi.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meluncurkan program klasterisasi lahan pertanian untuk meningkatkan produktivitas. Program ini didasarkan pada potensi masing-masing desa, bertujuan untuk pengelolaan lahan yang lebih efektif dan efisien. Inisiatif ini diambil sebagai respons terhadap penurunan produksi padi dan diversifikasi komoditas pertanian di NTB.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Taufieq Hidayat, menjelaskan bahwa lahan baku sawah di NTB kini digunakan untuk berbagai komoditas, termasuk tembakau, cabai, bawang, dan jagung manis. Hal ini menyebabkan indeks pertanaman padi rendah, meskipun pemerintah pusat menargetkan produksi beras yang tinggi. "Pengelompokan lahan pertanian ini penting untuk meningkatkan indeks pertanaman padi," ujarnya di Mataram, Senin.
Penurunan produksi padi di NTB menjadi perhatian serius. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan produksi gabah kering giling dari 1,54 juta ton pada tahun 2023 menjadi 1,45 juta ton pada tahun 2024, penurunan sebesar 5,53 persen. Penurunan ini berkorelasi dengan berkurangnya luas panen padi dari 287,51 ribu hektare menjadi 281,72 ribu hektare.
Klasterisasi Lahan: Solusi Optimalkan Potensi Pertanian NTB
Klasterisasi lahan pertanian di NTB didorong oleh kebutuhan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan baku sawah. Budidaya tembakau, misalnya, membutuhkan lahan seluas 39 ribu hektare, yang jika ditanami padi selama dua musim tanam, berpotensi menghasilkan 405 ribu ton gabah kering giling. Dengan demikian, diversifikasi komoditas menyebabkan NTB kehilangan potensi produksi padi yang signifikan.
Taufieq Hidayat menambahkan bahwa indeks pertanaman (IP) padi di NTB hanya mencapai 1,2 karena lahan baku sawah tidak selalu ditanami padi sepanjang tahun. Masyarakat cenderung menanam komoditas lain seperti tembakau dan bawang pada musim kemarau, baru menanam padi pada musim hujan. "Kalau nanti luas bahan baku sawah memang lebih banyak dipakai untuk bawang, maka kami jadikan itu kawasan bawang," jelasnya.
Program klasterisasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian di NTB. Dengan mengelompokkan lahan berdasarkan potensi desa, pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih terarah dan spesifik kepada petani. Hal ini akan membantu meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah.
Strategi Klasterisasi dan Dampaknya terhadap Produksi Padi
Klasterisasi lahan pertanian akan mempertimbangkan faktor ekonomi dan lingkungan. Pemerintah akan mengidentifikasi komoditas unggulan di setiap desa dan mengalokasikan lahan sesuai dengan potensi tersebut. Dengan demikian, diharapkan dapat memaksimalkan hasil panen dan mengurangi risiko kerugian akibat perubahan iklim atau fluktuasi harga pasar.
Dengan pendekatan ini, diharapkan produksi padi di NTB dapat meningkat kembali. Klasterisasi juga akan mendorong inovasi dan adopsi teknologi pertanian modern untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pemerintah akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani untuk memastikan keberhasilan program ini.
Selain itu, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan, petani akan lebih mampu meningkatkan kualitas hidup mereka dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi daerah.
Langkah ini merupakan strategi jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan pangan NTB. Dengan mengoptimalkan potensi lahan pertanian di setiap desa, NTB dapat memastikan pasokan pangan yang cukup dan mengurangi ketergantungan pada daerah lain.
Kesimpulan
Program klasterisasi lahan pertanian di NTB merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan daerah. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berbasis potensi desa, program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi petani dan pembangunan ekonomi NTB secara keseluruhan. Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasi program ini untuk memastikan keberhasilannya.