Gerakan Pariwisata Bersih: Dorong Kualitas Destinasi Wisata Indonesia
Kementerian Pariwisata meluncurkan Gerakan Pariwisata Bersih di delapan destinasi untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik wisata domestik, didorong oleh peringkat kebersihan Indonesia yang masih rendah dalam indeks TTDI.

Kementerian Pariwisata gencar mengkampanyekan Gerakan Pariwisata Bersih di delapan destinasi unggulan Indonesia. Program ini diluncurkan untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik sektor pariwisata dalam negeri. Bali menjadi salah satu daerah yang terpilih sebagai pilot project dalam inisiatif ini.
Menurut Deputi Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, gerakan ini bertujuan menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang bersih dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan. Hal ini disampaikan beliau pada Minggu lalu di Badung, Bali.
Delapan destinasi wisata tersebut terbagi menjadi dua kelompok. Lima diantaranya merupakan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP): Mandalika (NTB), Borobudur (Jawa Tengah), Labuan Bajo (NTT), Likupang (Sulawesi Utara), dan Danau Toba (Sumut).
Tiga destinasi lainnya dipilih berdasarkan jumlah wisatawan yang signifikan, yaitu Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau. Jika program ini sukses di delapan destinasi tersebut, pemerintah berencana untuk memperluasnya ke daerah lain.
Gerakan Pariwisata Bersih ini difokuskan pada dua indikator utama: pengelolaan sampah dan kebersihan toilet di tempat-tempat wisata. Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh performa Indonesia yang masih kurang memuaskan dalam pilar kesehatan dan kebersihan, berdasarkan data Tourism and Travel Development Index (TTDI).
Berdasarkan data TTDI, Indonesia berada di peringkat ke-89 dari 114 negara dalam pilar kesehatan dan kebersihan. Meskipun demikian, peringkat Indonesia secara keseluruhan di TTDI meningkat dari posisi 32 pada tahun sebelumnya menjadi 22 pada tahun 2024.
Untuk meningkatkan indeks pilar kesehatan dan kebersihan, pemerintah pun meluncurkan program ini. Deputi Menteri Pariwisata memberikan apresiasi kepada pengelola objek wisata di Bali, khususnya Desa Taro dan Monkey Forest di Gianyar, yang telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan kebersihan yang baik.
Desa Taro dan Monkey Forest, menurut beliau, memiliki sistem pengelolaan sampah yang patut ditiru. Keberhasilan mereka diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan kebersihan di tempat wisata mereka. Semoga inisiatif ini dapat mendorong peningkatan kualitas pariwisata Indonesia secara signifikan.