Gerbang SMK PGRI 24 Kalideres Digembok, Siswa Tertahan di Luar Sekolah
Gerbang SMK PGRI 24 Kalideres digembok ahli waris, siswa sempat tertahan, namun Sudindik Jakarta Barat telah melakukan mediasi dan masalah telah terselesaikan.

Kejadian mengejutkan terjadi di SMK PGRI 24 Kalideres, Jakarta Barat pada Jumat, 21 April 2023. Gerbang sekolah tersebut digembok oleh ahli waris yang tengah bersengketa terkait kepemilikan tanah, mengakibatkan para siswa tertahan di luar sekolah. Insiden ini terjadi di SMK PGRI 24 Kalideres, Jakarta Barat, dan melibatkan pihak ahli waris, siswa, dan Sudindik Jakarta Barat. Mediasi akhirnya dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pihak Sudindik Wilayah I Jakarta Barat langsung turun tangan setelah menerima laporan dan melihat video viral di media sosial yang memperlihatkan para siswa tertahan di luar gerbang sekolah. Kepala Sudindik Wilayah I Jakarta Barat, Diding Wahyudin, membenarkan kejadian tersebut dan menjelaskan bahwa sengketa tanah menjadi penyebab utama penutupan akses sekolah.
Berkat mediasi cepat dari Sudindik, para siswa akhirnya dapat memasuki sekolah dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Namun, investigasi lebih lanjut masih terus dilakukan untuk menyelesaikan sengketa tanah yang menjadi akar permasalahan ini. Kejadian ini menyoroti pentingnya penyelesaian konflik agraria agar tidak mengganggu proses pendidikan para siswa.
Mediasi Sudindik Jakarta Barat Mengawal Penyelesaian Masalah
Diding Wahyudin, Kepala Sudindik Wilayah I Jakarta Barat, menyatakan bahwa timnya langsung turun ke lokasi setelah menerima laporan mengenai penutupan gerbang SMK PGRI 24. "Sudah (melakukan mediasi). Tim saya dari Sudindik sudah turun ke sana," ujarnya saat dihubungi. Mediasi yang dilakukan berhasil membuka kembali gerbang sekolah sehingga para siswa dapat melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Menurut keterangan Diding, penggembokan gerbang sekolah dilakukan oleh pihak yayasan yang tengah bersengketa terkait kepemilikan tanah. "Ya, digembok sama yayasan. Kan sengketa itu tanahnya," jelas Diding. Pernyataan ini mengkonfirmasi bahwa permasalahan utama terletak pada sengketa lahan yang melibatkan pihak sekolah dan ahli waris.
Setelah mediasi berhasil, para siswa dapat kembali masuk ke sekolah. "Sudah bisa masuk tadi. Sekarang Tim Sudindik ke sana untuk dalami masalahnya," tambah Diding. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh Sudindik adalah menyelidiki lebih dalam terkait sengketa tanah tersebut untuk mencari solusi permanen.
Meskipun masalah akses masuk sekolah telah teratasi, investigasi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Hal ini penting untuk menjamin kelancaran proses belajar mengajar di SMK PGRI 24 Kalideres.
Viral di Media Sosial
Kejadian ini menjadi viral di media sosial setelah beredar video yang memperlihatkan para siswa SMK PGRI 24 Kalideres tertahan di luar gerbang sekolah karena digembok. Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @jktnewss, terlihat para siswa berdiri dengan tenang di luar gerbang tanpa melakukan tindakan anarki. Video ini menarik perhatian publik dan memicu reaksi cepat dari pihak berwenang.
Kejadian ini menjadi sorotan karena berdampak langsung pada proses belajar mengajar para siswa. Ketidakpastian akses ke sekolah dapat mengganggu konsentrasi dan kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa tanah yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Viralitas video tersebut juga menunjukkan betapa cepatnya informasi tersebar di era digital. Media sosial berperan penting dalam penyampaian informasi dan menjadi sarana pengawasan publik terhadap berbagai permasalahan di masyarakat. Kejadian ini menjadi contoh bagaimana media sosial dapat mendorong respons cepat dari pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah.
Kesimpulan
Kejadian digemboknya gerbang SMK PGRI 24 Kalideres oleh ahli waris yang tengah bersengketa tanah telah berhasil dimediasi oleh Sudindik Jakarta Barat. Para siswa akhirnya dapat kembali bersekolah. Namun, permasalahan mendasar terkait sengketa tanah masih memerlukan penyelesaian lebih lanjut untuk mencegah kejadian serupa di masa depan dan menjamin kelancaran proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Kejadian ini juga menyoroti peran penting media sosial dalam penyampaian informasi dan pengawasan publik.