Gubernur Sumsel Wajibkan Pakaian Adat HUT RI: Bukan Sekadar Busana, Ini Benteng Kebudayaan Lokal!
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, mewajibkan penggunaan pakaian adat pada upacara Peringatan HUT RI. Hal ini bukan hanya busana biasa, melainkan benteng kebudayaan lokal yang penting.

Palembang, Sumatera Selatan – Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia selalu menjadi momen sakral yang dirayakan dengan penuh khidmat. Di Sumatera Selatan, perayaan tahun ini memiliki nuansa istimewa dengan diwajibkannya penggunaan pakaian adat oleh seluruh pejabat dan istri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) setempat.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar formalitas belaka. Ia menyebut penggunaan pakaian adat pada upacara HUT RI sebagai benteng pertahanan terhadap kebudayaan lokal yang kaya. Langkah ini diambil untuk memperkuat identitas budaya daerah di tengah arus globalisasi.
Inisiatif ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur serta memperkenalkan kekayaan busana tradisional Sumatera Selatan kepada masyarakat luas. Dengan demikian, setiap perayaan kemerdekaan juga menjadi ajang pelestarian dan promosi budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Pakaian Adat sebagai Benteng Kebudayaan Daerah
Gubernur Herman Deru menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya melalui penggunaan pakaian adat. Menurutnya, busana tradisional adalah simbol identitas yang harus dijaga dan dibanggakan oleh setiap generasi. Kebijakan ini merupakan upaya konkret pemerintah daerah dalam membentengi kebudayaan lokal dari pengaruh luar.
Penggunaan pakaian adat ini juga menjadi pengingat akan sejarah panjang perjuangan bangsa. Setiap helai kain dan motif yang terukir membawa cerita serta nilai-nilai luhur dari para pendahulu. Dengan demikian, upacara kemerdekaan tidak hanya menjadi perayaan historis, tetapi juga manifestasi budaya yang hidup.
Ia menambahkan bahwa kebanggaan terhadap pakaian adat merupakan cerminan dari kecintaan terhadap tanah air dan sejarah bangsa. Setiap motif dan corak pada pakaian adat memiliki makna filosofis yang mendalam, menceritakan kisah peradaban dan kearifan lokal. Oleh karena itu, mengenakannya dalam momen penting seperti HUT RI adalah bentuk penghormatan.
Kebijakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekayaan budaya yang dimiliki Sumatera Selatan. Dengan demikian, generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai tradisi leluhur mereka, memastikan keberlanjutan budaya di masa depan.
Nuansa Adat dalam Upacara Kemerdekaan
Upacara peringatan HUT RI di Palembang berlangsung khidmat dengan nuansa adat yang kental. Gubernur Herman Deru bertindak sebagai Inspektur Upacara, memimpin jalannya prosesi pengibaran sang saka merah putih oleh pasukan pengibar bendera. Suasana semakin semarak dengan kehadiran para pejabat yang mengenakan busana tradisional.
Pembacaan teks Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh Ketua DPRD Provinsi Sumsel, Andie Dinialdie, menambah kekhidmatan acara. Sementara itu, Komandan Upacara dipercayakan kepada AKBP Irfan Abdul Gofar, yang juga menjabat sebagai Danyon A. Pelopor Satbrimob Polda Sumsel.
Salah satu yang menarik perhatian adalah penampilan istri Gubernur Sumsel, Feby Herman Deru, yang mengenakan pakaian adat dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Busana tersebut berupa baju kurung panjang berbahan beludru merah, dipadukan dengan kain songket, serta hiasan kepala bundar berwarna kuning yang unik.
Feby Herman Deru menjelaskan alasannya memilih pakaian adat Muba adalah karena desainnya yang menarik dan keinginan untuk memperkenalkan keunikan busana tradisional daerah. Meskipun sempat mempertimbangkan pakaian adat Empat Lawang, pilihan jatuh pada busana Muba yang memiliki ciri khas tersendiri. Ia berharap, langkah ini dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai dan mempromosikan kekayaan budaya lokal.