Harga Cabai di NTB Tembus Rp200.000/Kg, Pemprov Imbau Konsumen Tak Selektif
Harga cabai rawit di NTB melambung hingga Rp200.000/kg, Pemerintah Provinsi NTB meminta konsumen lebih cerdas memilih dan tak terlalu selektif terhadap rasa.

Harga cabai rawit di Nusa Tenggara Barat (NTB) melonjak hingga mencapai Rp200.000 per kilogram, membuat Pemerintah Provinsi NTB meminta masyarakat untuk tidak terlalu selektif dalam memilih cabai. Lonjakan harga ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan, terutama menjelang bulan Ramadan. Pemerintah daerah berupaya melakukan intervensi untuk menstabilkan harga, termasuk mendatangkan cabai dari luar daerah.
Berdasarkan pantauan Dinas Perdagangan NTB pada 3 Maret 2025 di beberapa pasar tradisional di Kota Mataram seperti Pasar Kebon Roek, Pasar Pagesangan, dan Pasar Mandalika, harga cabai rawit lokal bervariasi antara Rp180.000 hingga Rp210.000 per kilogram. Kondisi ini berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Sementara itu, cabai rawit impor dari Jawa dijual dengan harga yang lebih terjangkau, yaitu Rp165.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti, mengimbau agar konsumen lebih bijak dalam memilih. "Kami berharap konsumen cerdas memilih kalau memang sudah ada alternatif seperti ini (cabai dari Jawa) jangan terlalu kaku dengan kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya tidak terlalu signifikan," jelasnya. Pernyataan ini disampaikan sebagai upaya untuk meredam dampak kenaikan harga cabai terhadap perekonomian masyarakat.
Harga Cabai Rawit Lokal Vs. Cabai Impor
Selisih harga yang cukup signifikan antara cabai rawit lokal dan cabai rawit impor dari Jawa menjadi sorotan. Meskipun terdapat perbedaan sumber, Kepala Dinas Perdagangan NTB menegaskan bahwa rasa pedas kedua jenis cabai tersebut nyaris sama. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi konsumen untuk mempertimbangkan pilihan yang lebih ekonomis.
Pemerintah Provinsi NTB menyadari bahwa kenaikan harga cabai merupakan hal yang lumrah terjadi menjelang bulan Ramadan karena tingginya permintaan. Namun, upaya untuk mengendalikan harga tetap dilakukan. Salah satu strategi yang diterapkan adalah mendatangkan cabai dari luar daerah, khususnya Jawa, untuk menambah pasokan di pasaran.
Meskipun demikian, pendistribusian cabai impor dari Jawa masih melalui skema business to business yang dilakukan oleh para pengusaha lokal. Hal ini bertujuan untuk memastikan harga cabai tetap terkendali dan tidak memberatkan masyarakat.
Intervensi Pemerintah untuk Menstabilkan Harga
Pemerintah Provinsi NTB melalui Biro Perekonomian Sekretariat Provinsi NTB, telah dan akan terus melakukan berbagai intervensi untuk menstabilkan harga cabai. Selain mendatangkan cabai dari luar daerah, pemerintah juga akan menyelenggarakan pasar murah untuk membantu masyarakat mendapatkan cabai dengan harga yang lebih terjangkau.
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Provinsi NTB, Wirajaya Kusuma, menjelaskan bahwa kenaikan harga bahan pokok, terutama cabai, merupakan siklus tahunan yang terjadi setiap bulan Ramadan. Namun, pemerintah berkomitmen untuk meminimalisir dampaknya terhadap masyarakat melalui berbagai kebijakan dan strategi yang tepat.
Langkah-langkah intervensi ini diharapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat NTB yang terdampak kenaikan harga cabai. Pemerintah juga mengimbau para pedagang untuk turut serta menjaga stabilitas harga dan tidak melakukan praktik-praktik yang merugikan konsumen.
Selain itu, pemerintah juga mendorong diversifikasi konsumsi, agar masyarakat tidak hanya bergantung pada satu jenis cabai saja. Dengan demikian, dampak kenaikan harga cabai dapat diminimalisir.
Pemerintah berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan, harga cabai di NTB dapat segera kembali stabil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.